Yah, beginilah
nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota
timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Agnes tentunya, yang semalam telah
memberikan servis untukku. Bagi nya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya
bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika
suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan
tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.
Aku tersenyum mengingat kejadian
semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi
ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang
sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan
mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi
sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku,
Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar
anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat
pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.
Kurebahkan tubuhku di sofa ruang
tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas.
Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana.
Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku
melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat
Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese. Dia adalah
sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main
kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering
berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi
lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih
mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat
indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.
Aku hanya bisa membayangkan seandainya
tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata
membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi
dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bis a menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin
tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar
suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…
Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok
gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku,
karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda
udah nongol di ruang tengah, dan…
“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup.
Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada
dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku
dalam keadaan telanjang, gak pake cela na, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi
ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian
anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat
donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana,
terusin lagi.” Linda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.
Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau
jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha
merayuny a.
“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem
deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
“Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku
Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
“Gimana?”
Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.
Sejurus kemudian..
“Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu,
kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan
kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus
khawatir.
“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan
kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok
kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian,
kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa
gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara
yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang
sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan
seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya,
dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada
keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang
dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali.
Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda.
Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna
dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu
terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”
Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda.
“Nungging, gitu?”
“Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana
dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda
masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya
lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan
dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau
peman dangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda
tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Linda
menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku
ngaceng, Liiiiiinnn……”
Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali
melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari
ujung lobangnya.
“Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena
tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji
keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya
terangsang.
Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat
kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana
dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang
dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas
sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai
gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba
paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin
karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku.
Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat
tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah
diturunkan…
Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan,
dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang
dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan
tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan
kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku
sambil menikmati rintihan-rintihan Linda.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan
tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Linda sambil membelai
tongkolku dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obsesiku
menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih
mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda
menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras
kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya
tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku
memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.
Tak tahan dengan perlakuan sepiha
Linda, kutarik pinggulnya da n buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku
tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang
selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”
Segera kuremas-remas pantat Linda yang
montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh
Linda terpampang dihadapanku.
Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda
merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…Liiiinn…enak
bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya
mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir
dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga
akhirnya….
“Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kac h…aku…”
“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tanganhalus
Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis
cairan yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku
di bibir dan muka Linda.
“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka
sama dada kamu kenas permaku?”
Linda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan
tongkolku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger
banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Li nda.
“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen sperma aku.”
“Aihhh….” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma?”
Aku mengangguk. “Keapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih
meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku.
Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya,
kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam
tubuhnya…
“Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma
kamu…”
“Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”
“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun
lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
“Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih
dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk.
Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya
diangkat mengangkang.
Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan
jariku.
“Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku
udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….”Linda memiawik saat lidahku menari diujung
klitorisnya.
“Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir
vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari
G-spotnya.
Akibatnya luar biasa. Linda makin
meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi
lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku
dapat menelan cairan yang meleleh dari v aginanya. Ya…aroma vagina Linda lain
dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada
sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda.
“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula
meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
“Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku.
Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku
pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
“Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”Linda bertanya
“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu
masuk kamarku dulu deh…cepetan…”
Segera Linda berjingkat masuk ke
kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar
mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir
meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus
sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit,
aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?”
tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak
melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna
putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa
didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak
kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.
Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel
udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang.
Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung
membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”
Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika
nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain
Linda
.
Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang
wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan
tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku
sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam
memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman
tongkolku…
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”
Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan
pandangan menyelidik.
Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin
selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu
ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik
ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum.
“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”
Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan.
Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didud ukinya waktu sedang aku
jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah
liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”
Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut
melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang
belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi
dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku.
Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya
terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa
pening.
“Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku
tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok.”
Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana
dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang
dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda.
“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu
ngapain…?”
“udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ent*t,
sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan
memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja,
gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki ka mi berdua dengan wajah
merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau
laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke
polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika
memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Rik?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang
lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan
rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.
Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang
sekel. Linda segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa.
Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku
sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.
Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang
seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan
dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Linda merintih. “Biarin aja si
Rika…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih
kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh
pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k
usosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”L inda menjerit dan mengerang
menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama
permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat
terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras,
seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus
merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku
terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat
keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat
basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini
membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan
kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya
berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali,
menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan
berguncang hebat sekali.
Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya.
Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda. Sedotanku pada memiawnya
membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang
kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat
putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua
anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna
kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi
sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski
pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku
tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan
Linda mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus
sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti
kayu ke memiaw Linda. Blessss…….
“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Linda tersentak kedepan,
seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam
da n kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut,
walaupun tergolong super becek.
“Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah
mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk
….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring
terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang
memilin menikmati payudara dan putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya
dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Linda menjerit keras dan
sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw
Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku
untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa bec ek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula
pelukannya. Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment
indah menggapai puncak kenikmatan.
Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena
uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya
yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm
inside…c’mon honey….”
LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak.
Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap
agar aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro
ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh
yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan
dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang
kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku
langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih
lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Linda.
Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara
mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….”
Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga.
Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera
saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku
tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan
pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan
kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk
membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….”Linda balas menantangku. “Nih liat ya….”
Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh
ditangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda
tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil
sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”
“Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa
ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu
di memiawku.” Linda tersenyum
“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Linda
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik
Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya
menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya
makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika
juga telah dilanda birahi.
Aku bangun kesiangan. Kulirik jam
dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku
meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru
kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas
saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut
ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.
Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat
laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi
keteganganku. Ya, Agnes tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku.
Bagi nya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu,
karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan
wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu
dengan mata kepala sendiri.
Aku tersenyum mengingat kejadian
semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi
ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang
sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku
pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi
sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku,
Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar
anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat
pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.
Kurebahkan tubuhku di sofa ruang
tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas.
Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana.
Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku
melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat
Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese. Dia adalah
sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main
kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering
berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi
lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih
mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering
membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.
Aku hanya bisa membayangkan seandainya
tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata
membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi
dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bis a menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin
tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar suara
langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…
Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok
gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena
keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda
udah nongol di ruang tengah, dan…
“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup.
Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada
dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku
dalam keadaan telanjang, gak pake cela na, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi
ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian
anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat
donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana,
terusin lagi.” Linda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.
Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau
jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha
merayuny a.
“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan
macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
“Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku
Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
“Gimana?”
Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.
Sejurus kemudian..
“Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu,
kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan
kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus
khawatir.
“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan
kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok
kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian,
kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa
gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara
yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang
sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan
seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan
dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada
keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang
dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali.
Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda.
Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna
dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu
terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”
Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda.
“Nungging, gitu?”
“Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana
dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda
masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya
lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan
dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau
peman dangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda
tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Linda
menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku
ngaceng, Liiiiiinnn……”
Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali
melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari
ujung lobangnya.
“Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena
tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji
keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya
terangsang.
Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat
kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana
dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang
dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas
sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai
gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba
paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin
karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku.
Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat
tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah
diturunkan…
Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan,
dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang
dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan
tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan
kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku
sambil menikmati rintihan-rintihan Linda.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan
tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Linda sambil membelai tongkolku
dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obsesiku
menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih
mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda
menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras
kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya
tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti
aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.
Tak tahan dengan perlakuan sepiha
Linda, kutarik pinggulnya da n buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku
tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang
selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”
Segera kuremas-remas pantat Linda yang
montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh
Linda terpampang dihadapanku.
Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda
merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…Liiiinn…enak
bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya
mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir
dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga
akhirnya….
“Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kac h…aku…”
“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tanganhalus Linda
tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan
yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku
di bibir dan muka Linda.
“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka
sama dada kamu kenas permaku?”
Linda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan
tongkolku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger
banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Li nda.
“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen sperma aku.”
“Aihhh….” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma?”
Aku mengangguk. “Keapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih
meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku.
Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya,
kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam
tubuhnya…
“Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma
kamu…”
“Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”
“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun
lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
“Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih
dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk.
Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya
diangkat mengangkang.
Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan
jariku.
“Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!!
Ohhh..Shhhhh…….”Linda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.
“Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir
vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari
G-spotnya.
Akibatnya luar biasa. Linda makin
meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi
lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku
dapat menelan cairan yang meleleh dari v aginanya. Ya…aroma vagina Linda lain
dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada
sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda.
“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula
meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
“Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku.
Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku
pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
“Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”Linda bertanya
“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu
masuk kamarku dulu deh…cepetan…”
Segera Linda berjingkat
masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada
kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda
hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus
sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit,
aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?”
tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak
melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna
putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa
didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak
kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.
Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel
udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang.
Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung
membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”
Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika
nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain
Linda
.
Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang
wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan
tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku
sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam
memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman
tongkolku…
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”
Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan
pandangan menyelidik.
Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin
selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu
ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik
ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum.
“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”
Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan.
Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didud ukinya waktu sedang aku
jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah
liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”
Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut
melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang
belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi
dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku.
Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya
terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa
pening.
“Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku
tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok.”
Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana
dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang
dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda.
“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu
ngapain…?”
“udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ent*t,
sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan
memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja,
gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki ka mi berdua dengan wajah
merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau
laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke
polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika
memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Rik?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang
lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan
rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.
Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang
sekel. Linda segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa.
Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku
sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.
Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang
seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan
dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Linda merintih. “Biarin aja si
Rika…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih
kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh
pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k
usosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”L inda menjerit dan mengerang
menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama
permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat
terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras,
seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus
merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku
terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat
keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat
basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini
membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan
kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya
berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali,
menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan
berguncang hebat sekali.
Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya.
Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda. Sedotanku pada memiawnya
membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang
kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat
putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua
anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna
kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi
sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski
pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku
tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan
Linda mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh
hh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti
kayu ke memiaw Linda. Blessss…….
“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Linda tersentak kedepan,
seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam
da n kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut,
walaupun tergolong super becek.
“Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah
mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk
….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring
terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang
memilin menikmati payudara dan putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya
dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Linda menjerit keras dan
sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw
Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku
untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa bec ek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula
pelukannya. Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment
indah menggapai puncak kenikmatan.
Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena
uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya
yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm
inside…c’mon honey….”
LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak.
Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar
aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro
ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh
yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan
dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang
kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku
langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih
lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Linda.
Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara
mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….”
Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga.
Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera
saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku
tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan
pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan
kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk
membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….”Linda balas menantangku. “Nih liat ya….”
Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh
ditangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda
tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil
sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”
“Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa
ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu
di memiawku.” Linda tersenyum
“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Linda
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik
Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya
menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya
makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika
juga telah dilanda birahi