Malam itu Niko tidak sabaran
menunggu mamanya datang ke kamarnya. Akhirnya
setelah hampir jam 11 malam akhirnya mamanya datang juga.
“Lama amat sih ma?”
“Nungguin papa kamu tidur dulu”
“Mau sekarang sayang?” tanya Anisa dengan
senyum manisnya.
“I-iya mah…” jawab Niko grogi. Anisa tersenyum
sesaat kemudian mulai membuka beberapa kancing bajunya dan mengeluarkan buah
dadanya. Sebenarnya Niko ingin melihat mamanya setengah telanjang seperti tadi
siang waktu dengan Jaka, tapi dia tidak berani mengatakannya.
“Ayo, katanya mau nyusu..” tawar Anisa
tersenyum manis ke anaknya itu.
“Eh, i-iya ma” Niko mendekatkan mulutnya dan
mulai mengulum pucuk payudara Anisa. Air susu yang selama ini dia idam-idamkan
akhirnya dapat dia rasakan. Air susu itu pun mulai masuk dengan nikmatnya ke
dalam mulut Niko dan membasahi kerongkongannya.
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu” kata
Anisa sambil mengusap kepala anaknya.
“Enak sayang?” tanyanya. Niko hanya
mengangguk tanpa melepaskan mulutnya dari sana. Lebih dari satu jam mamanya di
sana menemani Niko. Memberi kedua payudaranya bergantian untuk dilahap anaknya
yang sudah remaja ini hingga Niko puas. Niko sendiri sebenarnya berharap lebih
dari hanya meminum asi mamanya. Tapi seperti janjinya, Niko hanya menyusu pada
Anisa walaupun Anisa sedikit memberinya hiburan dengan memperbolehkan Niko
memainkan payudaranya dengan sapuan lidah ataupun remasan tangan. Anisa sendiri
tahu kalau anaknya sudah ngaceng dari tadi, tapi dia tidak ingin ini semua
sampai melampaui batas.
“Ma, tadi siang mama ngapain aja sih di dalam
dengan Jaka? Lama amat” tanya Niko saat acara minum susu tersebut selesai.
“Kamu mau tahu sayang?”
“Iya mah, penasaran”
“Ya, seperti yang mama bilang ke Jaka kalau
dia menang, mama kasih mulut mama”
“hmm.. mama jilatin penisnya Jaka?”
“Iya, juga mama masukkan ke mulut mama
semuanya” Niko yang mendengarnya begitu iri dengan Jaka.
“Terus, apa lagi ma?”
“Tapi dasar dia nakal, dianya pengen lihat
mama telanjang sayang” Niko terkejut mendengarnya. Kurang ajar sekali si Jaka,
geramnya.
“Terus mama kasih?”
“Dia maksa terus sih yang, akhirnya mama
lepasin juga celana dalam mama. Jadinya kami sama-sama telanjang deh”
“Itu aja kan mah? Dia gak macam-macam lagi
kan?”
“Dikit sih, habis itu dia mainin vagina mama
pake jarinya, gak tahu deh dia belajar itu dari mana, pintar banget dianya.
Ya.. lama-lama mama gak tahan juga digitukan terus sayang, jadi mama nikmatin
aja” kata Anisa menerangkan.
“ooh.. terus ma?” tanya Niko karena dia
penasaran, walaupun dia sebenarnya ada rasa sakit hati pada Jaka berbuat bejat
pada mamanya.
“iya, habis itu si Jaka minta gesek-gesikin
penisnya ke vagina mama. Tapi mama tolak, takut dia hilang kontrol” kata Anisa.
Niko cukup lega mendengar jawaban mamanya.
“Tapi dianya maksa terus sih, jadinya mama
kasih juga. Dari pada dia ngentotin mama, iya kan sayang?” sambungnya lagi.
“Tapi gak sampai masuk kan ma?”
“Gak kok, cuma gesek-gesekin aja kok. Tapi
sesekali kepalanya nyelip masuk juga sih.. hihi” jawab Anisa tertawa seakan itu
hal yang lucu.
"Terus kamu mau tau nggak Jaka
muncratnya dimana?" kata Anisa lagi.
"Dimana emangnya ma?" tanya Niko
penasaran harap-harap cemas.
"Di mulut mama, banyak amat" kata
Anisa sambil tertawa. Kepala Niko makin berat mendengarnya.
“Coba tadi kamu yang menang, pasti kamu yang
dapat. Ya udah deh, mama balik dulu yah? Udah puas kan?”
“Yah mama..” rengek Niko karena masih merasa
belum puas ditemani mamanya.
“Udah ya, udah lewat jam 12 ini, besok kamu
sekolah kan?”
“Iya deh ma” jawab Niko lesu. Akhirnya Anisa
meninggalkan kamar Niko.
Esoknya, Niko tidak melihat Jaka di sekolah.
Apa dia sakit? Tapi kemarin dia masih sehat-sehat saja, bahkan melakukan hal
mesum ke mama. Atau jangan-jangan Jaka bolos dan pergi ke rumahnya? Pikir Niko.
Dia betul-betul tidak tenang di sekolah saat itu memikirkan kalau dugaannya itu
benar. Saat pulang sekolah, Niko buru-buru pulang untuk mengetahui keadaan
ibunya. Dia tidak menemukan Jaka di rumah, tapi dia tidak menanyakan pada
mamanya apa Jaka tadi kesini atau tidak.
Sorenya mereka melakukan latihan itu lagi
saat Jaka datang ke rumah. Tapi berapa kalipun mencoba, Niko tidak pernah
menang dari Jaka. Sehingga Jaka teruslah yang mendapatkan hadiah mesum dari
Anisa.
Esoknya, lagi-lagi Jaka tidak kelihatan di
sekolah, dia mulai yakin kalau Jaka memang bolos dan pergi ke rumahnya. Dia
putuskan untuk cabut dari sekolah diam-diam saat jam istirahat untuk pulang ke
rumah. Yang ditakutinya sepertinya benar terjadi. Terlihat sepatu yang dia
ketahui milik Jaka berada di depan pintu rumahnya saat Niko pulang ke rumah.
Hati Niko jadi tidak karuan, dia penasaran apa yang sedang mereka lakukan di
dalam, tapi dia putuskan untuk mengintip dari kaca samping rumah. Alangkah
terkejutnya dia melihat mamanya dan Jaka sedang berciuman dengan mesranya. Sial
si jaka! anjing! umpatnya dalam hati. Niko berusaha tenang mengawasi dan
menguping pembicaraan mereka.
“Tante emang yang paling cantik deh.. hehe”
“Huu.. gombal kamu, umur tante udah 33 gini”
“Benar deh, tetap cantik kok” goda Jaka lagi,
membuat Anisa jadi malu karenanya.
“Tante.. Jaka mau lihat tante telanjang lagi
dong.. udah gak tahan nih”
“Hihihi, gak tahan ngapain sih kamu? Belum
puas tadi tante isap? Udah muncrat kan tadi di mulut tante? hihi” goda Anisa
sambil tertawa. Tapi Anisa akhirnya bangkit juga dari duduknya dan melepaskan
daster yang dia kenakan.
“Celana dalamnya iya juga dong tante..
cepetan” suruh Jaka tidak sabaran.
“Iya-iya.. dasar kamu..” kini Anisa juga
melepaskan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat tanpa ditutupi selembar
benangpun.
“Tante, ngentot yuk..” ajak Jaka kurang ajar.
Niko yang mendengarnya dari luar sini betul-betul geram dibuatnya.
“Hush.. ngomong apaan sih kamunya, kan udah
tante bilang kalau ini punyanya papa Niko. Gak boleh ya sayang..” tolak Anisa.
“Yah.. pengen banget nih tante. Kan gak ada
siapa-siapa tante, boleh ya? Bentar aja”
“Duh, gimana yah sayang, tante sejujurnya
penasaran juga sih.. hihi” kata Anisa binal. Dia sebenarnya juga penasaran
bagaimana rasanya bersetubuh dengan remaja sebesar ini, terlebih penis Jaka
juga cukup besar untuk seusianya.
“Lah, tuh kan.. nunggu apa lagi? Yuk tante..”
“Tapi tante gak enak nih sama Niko dan suami
tante”
“Bentar aja kok tante.. “ rayu Jaka lagi
mencoba meluluhkan Anisa.
“Ya udah deh, bentar aja yah.. dasar kamunya
mesum. Mama teman sendiri dimesumin” setuju Anisa akhirnya. Anisa mengajak Jaka
ke arah sofa di ruang tamu yang lebih panjang. Dari tempat Niko berdiri
sekarang dia tidak dapat melihat mereka lagi. Tapi tidak lama kemudian
terdengar suara desahan-desahan dari mereka. Niko tidak tahan lagi, dia
putuskan untuk masuk ke rumah mengganggu mereka.
“Tok-tok” Niko menggedor pintu rumahnya.
“Ma..” teriak Niko dari depan pintu.
“Iya sayang, sebentar..” teriak mamanya dari
dalam. Tidak lama mamanya membuka pintu, dia telah mengenakan dasternya
kembali, tapi tidak menggunakan dalaman apa-apa lagi.
“Loh kok udah pulang sayang?” tanya Anisa
“Lagi ngapain sih ma? Mandi? kok basah gini?”
kata Niko balik nanya pura-pura tidak tahu melihat mamanya basah oleh keringat.
“Ngg, tuh karena teman kamu.. Bukannya
sekolah malah main kesini. Jadinya mama keringatan-keringatan lagi deh” jawab
Anisa terus terang sambil malu-malu seperti gadis remaja.
Niko segera masuk ke rumah untuk melihat
keadaan, dia melihat Jaka yang sedang bertelanjang bulat duduk di sana. Tubuh
Jaka juga bermandikan keringat seperti Anisa. Jaka bahkan cuek seakan tidak
peduli anak Anisa sudah pulang walau dia baru saja mencumbui Anisa.
“Kalian habis ngapain?” tanya Niko.
“Gue habis ngentotin nyokap lo.. hahaha..
nganggu aja lo” jawab Jaka kurang ajar.
“Jaka, apaan sih” kata Anisa dengan wajah
sebal.
“Tapi benar kan tante? Hehe”
“Sorry yah sayang, habisnya teman kamu tuh..
nakal amat ke mama” hati Niko benar-benar merasa tidak karuan, mendengar itu
dari mulut mamanya.
“Tapi kok sampai gituan segala sih ma?
Bukannya kitanya cuma latihan saja?” tanya Niko kesal ke mamanya.
“Tante, lanjut di kamar yuk, masih tanggung
nih” potong Jaka sebelum mamanya sempat menjawab.
“Hmm.. Niko, gak apa kan kalo mama lanjutin
lagi?” tanya Anisa meminta persetujuan Niko lagi, Anisa sendiri masih merasa
tanggung dan kesal juga diganggu Niko.
“tapi kan mah…” sebenarnya Niko ingin sekali
menolak permintaan gila Anisa. Tapi saat itu Niko melihat Jaka mengepalkan
tinjunya ke arahnya hingga membuat nyalinya ciut.
“i-iya deh ma, gak papa” jawab Niko lesu.
Anisa tersenyum kecil mendengar persetujuan anaknya.
“Tante, suruh aja Niko ikut ke dalam. Biar
dia lihat gimana mamanya aku entotin, hehe” kata Jaka kurang ajar.
“Jaka! Kok ngomongnya gitu sih. Lagian malu
tahu dilihatin Niko”
“Ya, gak apa lah tante, Niko pasti mau banget
tuh lihat, iya kan Niko? hehe” cengengesnya ke Niko.
“Ya udah, kamu mau ikut masuk ke dalam
sayang?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke Niko. Niko hanya mengangguk
menyetujuinya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam kamar yang mana ternyata di
sana ada Windy yang sedang tertidur.
“Sini tante..” ajak Jaka. Jaka pun langsung
mengulum bibir Anisa yang masih berdiri dan melepaskan daster yang dikenakannya
sehingga kini Anisa jadi bugil lagi. Jaka menciumi bibir Anisa dengan buasnya
sambil sesekali melirik ke Niko.
“Jilatin lagi tante” kata Jaka melepaskan
ciumannya. Anisa yang paham maksud Jaka langsung bersimpuh di depan remaja itu
dan mulai menjilati penis tersebut. Saat menjilati penis Jaka, mata Anisa
bahkan melirik Niko. Dia juga seperti berusaha tersenyum ke anaknya yang sedang
melihat mamanya menjilati penis temannya itu, entah apa maksud senyuman mamanya
itu Niko juga tidak mengerti. Jaka kini dengan kurang ajarnya membenamkan
seluruh batang penisnya ke dalam mulut Anisa, dia lalu menggoyangkan pinggulnya
seperti menyetubuhi mulut Anisa.
“Cpak.. cpak..cpak.” suara peraduan penis
jaka dengan mulut Anisa.
Saat melakukan itu, Jaka sengaja menunjukkan
ekspresi kenikmatan ke arah Niko, yang tentu saja makin membuat hati Niko
sakit, tapi entah kenapa Niko juga ngaceng melihat tingkah mereka berdua.
“Ngghm.. ngghmmm” suara Anisa mengerang
karena mulutnya dijejali penis Jaka hingga mentok ke kerongkongannya. Jaka yang
mengetahui hal tersebut malah menahan kepala Anisa, membuat Anisa menepuk-nepuk
paha Jaka supaya dia mau berhenti. Jaka masih saja membenamkan penisnya hingga
akhirnya Anisa terlihat muntah, mengeluarkan sedikit cairan dari lambungnya
karena kerongkongannya sakit dijejali penis Jaka hingga mentok.
“Hosshhh..hmmffhh, kamu kasar amat sih Jak?”
kata Anisa agak kesal sesak nafas sambil mengelap dagunya yang basah oleh liur
dan muntahannya kemudian menengok ke arah Niko yang berdiri di sana. Niko yang
menyaksikan ini makin pedih saja hatinya, melihat mamanya diperlakukan tidak
senonoh dan brutal oleh temannya sendiri.
“Hehe.. lagi yah tante” ajak Jaka lagi. Tanpa
memberi kesempatan Anisa menjawab, Jaka kembali menjejalkan penisnya ke dalam
mulut Anisa lagi, mengaduk-aduk mulut Anisa dengan penis Jaka sebrutal tadi
hingga Anisapun lagi-lagi muntah dibuatnya. Jaka melakukan hal tersebut
beberapa kali lagi pada Anisa, di depan Niko. Puas melakukan hal tersebut, Jaka
kemudian mendorong Anisa ke ranjang dan mencumbuinya lagi.
“Tante.. masukin yah?” tanya Jaka yang sudah
tidak sabar.
“Tapi kan.. “ kata Anisa sambil melirik ke
Niko. Dia begitu malu melakukannya di depan anaknya berbuat seperti ini
walaupun dia sudah tidak tahan untuk dimasuki penis Jaka.
“Udah.. biar aja tante, gak papa kan Niko gue
entotin nyokap lho?” tanya Jaka dengan senyum licik. Niko tidak menjawab
pertanyaan Jaka, dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan sendiri. Dia
sangat marah, cemburu dan sakit hati melihat adegan ini semua, tapi dia juga
sangat terangsang juga karenanya. Mamanya, telah diambil... oleh temannya
sendiri.
Melihat Niko tidak menjawab, Jaka hanya
cengengesan sendiri. Jaka tau apa yang dipikirkan Niko, karena dia memang
sengaja memperlihatkan ini pada Niko.
“Sayang? Kok diam? Boleh gak nih?” tanya
Anisa ikut-ikutan. Anisa sendiri sebenarnya sudah tidak tahan untuk ditusuk
Jaka. Entah apa yang ada dipikiran Anisa, dia mengkhianati suaminya, bermain
dengan teman anaknya sendiri dan di depan anaknya yang polos yang hanya bisa
melihat saja.
“Bo-boleh mah..” jawab Niko akhirnya dengan
suara pelan. Kalau dia jawab tidak boleh bisa saja dia akan dihajar
habis-habisan oleh Jaka diluar sana.
“Boleh apa sayang?” tanya Anisa lagi,
sepertinya dia malah sengaja menggoda anaknya ini. Niko sendiri merasa tidak
enak lidahnya untuk menyebutnya secara vulgar begitu.
“Boleh ng-ngetotin mama” kata Niko lagi.
Sebuah senyuman terpancar dari bibir Anisa, yang tidak diketahui apa maksudnya
oleh Niko. Jaka yang mendengar tanya jawab ibu dan anak itu juga ikutan
terseyum dan mulai mengarahkan kemaluannya ke liang vagina Anisa. Dia mulai
mengaduk kelamin Anisa dengan penisnya di depan Niko, bahkan didepan si kecil
Windy yang ternyata sudah terbangun dari tidurnya. Kalau Windy bisa berpikir
tentu saja dia juga akan marah melihat mamanya ditindih bukan oleh papanya.
Tapi Windy yang masih kecil hanya bisa melihat saja mamanya yang sedang
telanjang lagi disetubuhi oleh pria ini, bahkan dia sempat tertawa sendiri
melihat mamanya yang tampak keenakan begitu. Gila memang, Anisa disetubuhi di
depan anak-anaknya.
“Nngh.. Sayang..” panggil Anisa ke Niko.
“Ya mah?”
“Jangan oughh.. kasih tau papa ya? Ngghmmhh..”
“I-iya mah” jawab Niko.
“Windy cayang.. kamu juga jangan kasih tau
papa ya? Hihi” kata Anisa mengajak si kecil Windy bicara sambil tertawa. Tentu
saja Windy tidak akan bisa memberitahu papanya apa yang sedang dilakukan ibunya
ini. Tapi Anisa malah melakukan hal iseng bertanya seperti itu ke bayinya dan
menganggapnya lucu. Si Windy yang tidak mengerti malah tertawa saja ke arah
mamanya yang sedang disetubuhi. Betul-betul suasana yang gila.
Niko yang menyaksikan hal ini tanpa sadar
membuat penisnya berdiri dari balik celana. Dia ingin sekali rasanya
menggantikan posisi Jaka disana, meskipun wanita itu adalah ibunya sendiri.
Jaka yang mengetahui apa yang sedang Niko pikirkan malah berbisik ke Anisa.
“Gak ah.. gila kamu..” jawab Anisa setelah
dibisiki Jaka.
“Gak apa lah tante.. kasihan tuh Niko nya..
hehe”
“Nggak.. ada-ada aja kamunya”
“Ada apa ma?” tanya Niko penasaran.
“hmm.. Jaka ajak kamu ikutan tuh, tapi gak
mama bolehin lah” jawab Anisa.
“Yah.. tante.. Niko udah penasaran banget tuh
pastinya, hehe.. tapi ya udah deh kalau gak boleh. Jaka bisa puas sendiri..
hehe” kata Jaka sambil tersenyum remeh ke Niko dan kembali menggoyangkan
pinggulnya. Mereka kini berganti posisi, Anisa menungging dan Jaka
menyetubuhinya dari belakang.
“Nggh.. oughh.. terus sayang.. yang kencang…”
racau Anisa.
“ougghh.. rasain ini tante nakal, lonte
binal” celoteh Jaka kurang ajar. Mereka saling melenguh dan meracau kenikmatan
sambil berkata kotor. Bahkan kata-kata yang ditujukan Jaka pada Anisa menjurus
melecehkan. Anisa yang mendengar hal tersebut malah makin bangkit birahinya,
sedangkan Niko makin sakit saja hatinya mendengar mamanya dilecehkan begitu.
“Nggmmh.. terus sayang, entotin tante
sesukamu.. ngmmhh.. entotin tante di depan anak-anak tante.. ougghh” racau
Anisa menggila.
“Iya.. oughh, anak-anak tante harus tahu
kalau mamanya binal dan nakal” balas Jaka.
“Nggghh.. Iya sayang, tante memang nakal..
terus sayang.. entotin mamanya Windy dan Niko ini pake kontol kamu yang
gedeee.. ougghh.. nggghhh” Mereka terus saja meracau gila-gilaan. Anisa yang
paling gila karena dia melakukan ini di depan anak-anaknya, bahkan meladeni
omongan vulgar Jaka. Entah apa yang akan terjadi pada diri anak-anak Anisa ini
esok, terlebih bagi si kecil Windy. Untuk melihat mama dan papanya bersetubuh
saja mungkin ini sudah tidak baik, tapi ini malah dia diperlihatkan adegan
mamanya yang sedang selingkuh, melihat mamanya disetubuhi di hadapannya serta
diperdengarkan kata-kata kotor yang vulgar oleh mamanya sendiri. Anisa sendiri
malah seperti tidak ambil pusing karenanya.
Niko yang memang dari tadi sudah tidak tahan
hanya bisa mengelus penisnya dari balik celananya. Dari tadi bahkan dia belum
sempat mengganti pakaian seragamnya karena terlebih dahulu disuguhi pemandangan
seperti ini. Jaka yang melihat tingkah Niko lagi-lagi mulai memancing suasana
hati Niko. Sambil masih menggenjot Anisa dari belakang, dia menciumi bibir
Anisa dan meremas buah dada Anisa hingga tampak air susunya menetes-netes. Air
susu yang seharusnya menjadi makanan bagi anaknya Windy kini terbuang percuma
karena perlakuan Jaka.
“Ngghh… Duh.. Jaka, pelan-pelan dong.. sakit”
erang Anisa karena remasan tangan Jaka yang kasar di buah dadanya. Jaka seperti
tidak mendengar perkataan Anisa dan masih saja meneruskan aksinya, membuat
ranjangnya mulai basah karena ceceran susu Anisa. Niko yang dari tadi hanya
menonton sudah melepaskan celana beserta celana dalamnya. Dia beronani
menyaksikan adegan didepannya ini. Mamanya yang sedang disetubuhi oleh temannya
sendiri. Meskipun hanya onani, tapi tetap saja dia kalah dengan Jaka yang masih
bertahan menyetubuhi Anisa. Dia klimaks dengan hanya melihat adegan tersebut.
Jaka yang melihat Niko sudah keluar malah tertawa melecehkan. Anisa juga hanya
tersenyum melihat anaknya yang sudah muncrat.
“Lihat tuh anak tante, lemah amat..” ejek
Jaka.
“Hihi.. sayang? kamu udah keluar yah?” tanya
Anisa yang juga terdengar seperti nada melecehkan bagi Niko. Membuat Niko malu
bukan main karenanya.
“Tante.. nanti Jaka keluarin di dalam yah??”
“Kamu mau keluarin di dalam? Itu tempat Niko
lahir loh.. mau kamu siramin pake peju kamu yah? Nakal kamu..”
“Iya.. boleh yah tante.. pasti enak nih..”
“Iya deh.. Niko, gak apa kan kalau Jaka
keluar di dalam? Di tempat kamu lahir dulu?” tanya Anisa pada anaknya itu. Niko
yang mendengar pertanyaan mamanya ini malah membuat darahnya berdesir,
perkataan mamanya begitu provokatif dan mengaduk hatinya.
“Gimana Niko? Boleh nggak Jaka numpahin
benihnya ke rahim mama kamu ini?” tanya Anisa lagi.
“I-iya mah..” jawab Niko pelan, dia tidak
tahu kenapa bisa jadi seperti ini. Anisa tersenyum mendengar jawaban anaknya, begitu
pula Jaka. Sungguh perasaan Niko campur aduk dibuatnya.
“Kamu harus belajar dari Jaka nih sayang..
dianya kuat” kata Anisa dengan meninggikan intonasi kata kuat. Jaka hanya
cengengesan ke Niko mendengar perkataan Anisa. Setelah cukup lama Jaka menggenjot
Anisa, akhirnya Jaka tidak bisa lagi menahan laju spermanya untuk menumpahkan
spermanya membuahi rahim Anisa.
“Ougghh.. terima peju Jaka tante.. ughh..”
“nngghh… iya sayang.. keluarin yang banyak,
penuhi rahim tante dengan peju kamu”
“Oughhh.. Anisaaaa”
“Iya sayang.. tante juga sampaaaaaiiiii”
erang mereka kenikmatan saat peju Jaka muncrat dengan banyaknya memenuhi rahim
subur Anisa. Entah apa jadinya kalau Anisa sampai hamil oleh Jaka, teman
anaknya sendiri. Mereka akhirnya terbaring kelelahan di ranjang, sejajar dengan
Windy yang juga terbaring di kasur yang sama.
“Windy cayang.. om Jaka kuat amat loh.. kamu
kalau sudah besar boleh tuh ikutan cobain..hihi” kata Anisa iseng dengan nafas
nggos-ngosan mengajak Windy bicara. Betul-betul gila omongan Anisa, mengajak
bicara anaknya seperti itu. Menawarkan anaknya untuk boleh disetubuhi pria ini
kelak kalau sudah besar. Jaka yang mendengar omongan Anisa sampai cengengesan
dibuatnya.
“Tante, boleh gak Jaka main kesini tiap
hari?”
“Hmm.. boleh aja kok, tapi kamu sekolah dulu,
baru kesini.. ntar gak lulus lagi kamunya gara-gara tante”
“Hehe.. gak apa kok tante, biarin gak lulus
asal bisa terus bersama tante”
“Huu.. gombal kamunya, ada-ada aja. Udah sana
kamu pulang, bentar lagi Om pulang”
“Okey deh sayang..” setuju Jaka sambil
mencium kening Anisa. Setelah beberapa saat beristirahat Jakapun pulang dari
rumah Niko, Anisa mengantarnya hingga ke depan rumah dengan masih bertelanjang
bulat sambil mengendong bayinya. Anisa bahkan mengangkat tangan Windy lalu
melambai-lambaikannya seperti mengatakan bye-bye ke arah Jaka.
"Ayo cayang.. bilang dadah ke Om Jaka..
dadaaah... hihihi" kata Anisa ke bayinya sambil tertawa-tawa. Jaka hanya
tersenyum melihat tingkah Anisa ini, sedangkan Niko bertambah sakit hatinya.
Dia akhirnya benar-benar telah menghilang dari pandangan Niko dan Anisa, tapi
sebenarnya mimpi buruk baru saja dimulai.
Esok hari, lagi-lagi Jaka tidak terlihat di sekolah. Niko yang menyadari bahwa Jaka pasti berada di rumahnya seakan tidak dapat berbuat apa-apa. Nyalinya begitu kecil untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan, rasa sakit melihat mamanya diambil orang lain, mengkhianati papanya dengan cara begitu. Dia menyesal karena membawa Jaka ke rumah, Niko merasa dia sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi. Seharusnya dia tidak menyetujui ide mamanya untuk membawa teman segala. Hatinya sangat sakit, pedih tak terkira. Seharusnya aku melawan, tapi kenapa hanya diam begini, sial, batinnya.
Niko melihat perbuatan bejat Jaka lagi pada mamanya saat dia pulang ke rumah. Ya.. Jaka memang sengaja tidak sekolah tadi dan melakukan hal ini lagi. Esok hari dan seterusnya selalu begini, sekarang sudah seminggu Jaka tidak sekolah dan malah datang ke rumah Niko. Melakukan hal mesum terhadap ibu kandung Niko disaat papa dan anaknya tidak di rumah.
Pagi itu lagi-lagi Jaka datang ke rumah Niko. Kebetulan sejak dua hari lalu suaminya sedang ada keperluan bisnis di luar kota selama seminggu.
“Dasar kamu Jaka, udah seminggu kan kamu gak masuk sekolah?” tanya Anisa saat membukakan pintu untuk Jaka.
“Hehe.. biarin tante”
“Dasar kamu.. dikasih tahu malah bandel” kata Anisa gemas mencubit pipi Jaka.
“Tante, Jaka bawa teman nih..”
“Hah? Rese ah kamunya gak bilang-bilang.. kan tantenya bisa siap-siap dulu.. hihi” kata Anisa karena saat itu Anisa hanya mengenakan kemeja putih dan celana dalam saja. Ternyata di belakang Jaka ada tiga orang temannya yang lain. Dada Anisa entah kenapa jadi berdebar seperti ini. Dia penasaran apakah akan terjadi gangbang pada dirinya hari ini. Sebuah fantasi liar yang dia miliki dari dulu.
“Ya udah.. ajak teman-temanmu masuk deh..”
Saat masuk ke rumah, mereka mencium tangan Anisa layaknya anak yang baik, membuat Anisa jadi tersenyum. Mereka semua ternyata sudah sma, sepertinya itu teman-teman Jaka yang memang seumuran dengannya. Tampak penampilan mereka acak-acakan, dengan seragam yang lusuh dengan beberapa coretan. Jelas dari penampilan mereka kalau mereka adalah murid yang suka bolos sekolah, merokok, bahkan tawuran.
“Anggap rumah sendiri yah.. Kalian mau minum apa?” tanya Anisa menawarkan.
“Susu kalau ada tante..” kata salah satu dari mereka dengan lancangnya. Dia lalu tertawa diikuti teman-temannya.
“Ye.. kalau itu nanti dong.. kalian pasti kebagian kok semuanya”
“Stoknya gak terbatas ya tante? hehe” goda salah satu dari mereka.
“Iya.. gak abis-abis pokoknya… hihi” jawab Anisa mengikuti pembiacaraan porno mereka.
“Jadi kalian mau minum apa nih? Tante bikinin es teh aja ya?” kata Anisa lalu menuju ke dapur. Setelah membuatkan es teh untuk mereka berempat, Anisa ikut duduk dan mengobrol dengan mereka.
“Nih minumnya..”
“Makasih tante” kata mereka hampir bersamaan.
“Nama kalian siapa aja sih? Satu sekolah semua?”
“Iya tante, saya Rido tante..”
“Bimo tante..”
“Saya Amir tante..” kata mereka bergantian memperkenalkan diri.
“Tante, katanya Jaka sering kesini yah? Ngapain aja tuh tante?” tanya Amir.
“hmm? Dasar kalian pura-pura gak tahu.. mana mau kalian datang kesini kalau gak diberi tau Jaka.. dasar” mereka tertawa mendengar kata-kata Anisa.
“Terus kami boleh juga gak tante?”
“Boleh ngapain? Ayo udah mesum aja..” goda Anisa.
“Itu tante… ngentotin tante” kata Rido vulgar.
“Hushh.. gak sopan amat, datang-datang minta gituan, tante bilang suami tante ntar hihi..” kata Anisa sambil tertawa.
“Jadi gak boleh yah tante?”
“Hmm.. boleh nggak yah..” goda Anisa lagi main tarik ulur.
“Boleh dong tante.. kalau gak boleh ntar kita paksa lho.. hehe” kata Rido.
“Huu.. enak aja maksa-maksa. Boleh deh.. dari pada tantenya kalian perkosa.. hihi”
“Hehe.. gitu dong tante.. kan enak.. hehehe”
Jaka dari tadi hanya diam saja memperhatikan teman-temannya menggoda Anisa. Dia hanya tersenyum-senyum saja melihat bagaimana teman-temannya menggoda wanita bersuami ini.
“Terus mau sekarang?” pancing Anisa.
“Hehe.. boleh..” langsung mereka menyerbu Anisa, mereka berlomba-lomba melepaskan pakaian yang mereka kenakan. Salah satu fantasi liar Anisa sepertinya akan terwujud hari ini, melakukan gangbang dengan mereka.
Mereka mulai menjamah tubuh Anisa bersamaan, menciumi dan menggerayangi Anisa. Kemeja yang digunakan Anisa sudah terbuka bagian depannya tapi masih dibiarkan tergantung dibadan Anisa, sehingga memberi kesan seksi. Mulut mereka berganitan mencicipi nikmatnya asi dari buah dada Anisa yang sekal. Mereka seperti ingin menyedot habis seluruh isi buah dada tersebut dan tidak menyisakannya untuk bayi kecil Anisa.
“Duh.. geli, dasar kalian, beraninya keroyokan”
“Hehe.. tapi tante suka kan kalau kita keroyok gini?”
“Huh, dasar mesum..” kata Anisa sambil tertawa.
“Aww.. pelan-pelan sayang..” kata Anisa ke Rido karena menggigit putingnya cukup keras.
“Tante gak larang kalau mau gigit, tapi pelan-pelan dong.. jangan keras-keras amat”
“Ini satu, jarinya nakal amat nyolek-nyolek memek tante..” kata Anisa pura-pura kesal ke Amir. Mereka hanya tertawa dan terus saja melakukan aksi mesumnya sambil bergantian menetek. Vagina Anisa bergantian dikobel oleh tangan-tangan nakal mereka, tangan mereka bergantian merasakan seluk beluk liang Vagina wanita bersuami ini.
“Udah ah, kalian nakal. Sini tante jilatin dulu kontol kalian..” tawar Anisa nakal. Mereka berempat kemudian berdiri mengelilingi Anisa yang bersimpuh di bawah mereka. Anisa mulai menjilati penis mereka satu persatu sambil mengocok penis lainnya. Lagi asik-asiknya menikmati penis para remaja tersebut, Anisa dikejutkan oleh suara tangisan Windy.
“Duh.. anak tante bangun tuh.. bentar yah, sepertinya dia lapar” kata Anisa beranjak dari hadapan mereka dan menjemput bayinya di kamar. Anisapun kembali dengan menenteng bayinya tidak lama kemudian.
"Kamu nakal yah sayang ngangguin mama jilatin kontol mereka, kasian tuh om-om itu udah mupeng banget sama mama.. hihi" kata Anisa iseng mengajak bicara bayinya saat kembali duduk di antara para remaja itu.
"Kamu lapar yah sayang? ayo cepetan mimik, kalo ga mama kasih om-om itu loh susunya.." kata Anisa sambil menyodorkan buah dadanya ke Windy sambil melirik tersenyum manis ke arah para remaja yang tentunya makin mupeng melihat tingkah Anisa itu. Si kecil Windy yang memang sedang lapar tentu saja langsung mengulum buah dada Anisa. Kalaupun ia mengerti apa yang dikatakan mamanya tentu saja dia juga tidak akan mau mereka mengambil air susu mamanya.
“Mau lanjutin gak?” tawar Anisa sambil masih menyusui Windy.
“Gak apa tante?” tanya mereka heran.
“Iya.. gak papa kok” Sungguh gila, sekarang Anisa malah mengulum penis mereka bergantian yang mana Windy masih digendong dan menyusu padanya. Tangan Anisa menggendong bayinya, sehingga kini tidak bisa lagi mengocok penis mereka. Sungguh liar dan binal sekali pemandangan tersebut. Mereka bergantian menyuapi dan membenamkan penis mereka bergantian ke mulut Anisa, yang mererima penis mereka sambil tertawa-tawa sedangkan Anisa sendiri masih menyusui bayinya, atau dapat dikatakan keduanya sama-sama sedang menyusu, si kecil Windy menyusu ke ibunya sedangkan ibunya menyusu ke penis-penis remaja itu. Pemandangan itu membuat para remaja tersebut terkagum dan terheran-heran melihat betapa binal dan nakalnya Anisa. Apalagi kemeja yang masih menggantung ditubuhnya serta celana dalam yang masih tersisa menambah kesan seksi padanya. Anisa sendiri merasakan sensasi luar biasa. Sempat juga terlintas sebuah pikiran nakal Anisa kalau tiba-tiba suaminya pulang dan menemukan dirinya sedang berbuat mesum dengan para remaja berandal ini, tapi semakin dia pikirkan entah kenapa dia semakin terangsang dibuatnya.
Tapi tiba-tiba Anisa dikagetkan oleh kehadiran Niko yang tiba-tiba datang dan menghantamkan tinjunya ke salah satu dari mereka hingga orang itu tersungkur. Tidak terima temannya dipukul, mereka langsung mengejar dan menghajar Niko hingga Niko pun tersungkur. Melihat anaknya dihajar membuat Anisa berteriak histeris minta berhenti.
“Berhentiii… tolong berhenti.. ya Tuhan.. please stooooppppp!” teriak Anisa mencoba menghentikan mereka. Mereka pun akhirnya mau berhenti. Tampak disana Niko meraung kesakitan dihajar beramai-ramai. Tentu saja naluri keibuan Anisa muncul untuk menolong anaknya tersebut. Dia letakkan bayinya dan pergi ke tempat Niko tergeletak kesakitan.
“Sayang.. kamu gak apa-apa?” tanya Anisa cemas. Tapi Niko tampak menepis tangan Anisa, kemudian bangkit dan jalan tertatih menuju ke kamarnya. Hati Niko menahan sakit yang lebih dari pada yang dirasakan tubuhnya ini.
“Sayang?” panggil Anisa lirih. Niko terus saja berjalan ke kamarnya dan menghilang di balik pintu. Para remaja tersebut malah tertawa cengengesan saja melihat hal itu. Anisa sendiri ingin ke kamar Niko untuk memastikan keadaan anaknya, namun dicegah oleh para berandal tersebut. Mereka menarik lagi Anisa ke sofa dan mulai menjamah Anisa lagi. Anisa juga merasa tidak nyaman dihatinya, entah kenapa semua ini bisa terjadi dan berakhir seperti ini. Dia berusaha tetap tersenyum pada para remaja mesum ini walaupun pikirannya berkecamuk. Tetap saja melayani nafsu mereka padahal anaknya sedang merintih di sana. Suara erangan dan rintihan pun terdengar se isi rumah itu. Termasuk Niko yang mengurung diri di kamar. Niko dengan pandangan kosong menatap ke lantai kamarnya, suara-suara erangan mamanya terdengar jelas dari sini. Parahnya, mereka bahkan menginap di sana malam itu, menggangbang Anisa dengan liarnya sepanjang malam, menggenjot lubang vagina dan anus Anisa dalam waktu bersamaan, menyiram tubuh Anisa dengan sperma mereka, baik di dalam maupun di sekujur tubuhnya. Niko hanya menghabiskan waktunya mengurung diri di kamar malam itu, telinganya dicekoki suara-suara yang membuat hatinya semakin dan semakin sakit.
Esoknya, hari minggu. Saat keluar kamar Niko melihat mamanya masih saja dicabuli orang-orang itu. Mereka bahkan tertawa cengengesan ke arah Niko, sedangkan mamanya ingin menyapa Niko tapi sayang mulut Anisa saat itu sedang tersumpal penis. Hari itu, hampir sepanjang hari juga Niko melihat dan mendengar hal-hal mesum yang dilakukan terhadap mamanya tersebut, meskipun lebih banyak dia habiskan waktunya mengurung diri di kamar. Baru menjelang malam mereka pulang dari sana setelah hampir dua hari menginap.
Anisa merasa tidak nyaman di hatinya, dia putuskan untuk menemui Niko setelah dia membersihkan diri dan meniduri bayinya. Dia ketuk pintu kamar Niko, tapi tidak ada yang menjawab. Anisapun lalu membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dia lihat anaknya sedang menonton tv di kamarnya, dengan pandangan hampa.
“Sayang.. maaf yah sampai kayak ini. Kamu marah yah sama mama?” tanya Anisa, tapi terlihat Niko hanya diam saja. Ya.. melihat hal gila seperti itu setiap hari perlahan membuat mental Niko hancur, dia sekarang jadi sering menyendiri, bermenung dan hilang selera makan.
“Sayang? Kok diam?”
“Dasar pelacur..” jawab Niko dingin. Alangkah terkejutnya Anisa mendengar perkataan anaknya, dadanya serasa dihantam, air matanya ingin menetes. Anisa sadar dia telah melakukan hal yang betul-betul gila, sesuatu yang telah menyakitkan hati anaknya.
“Sayang..” kata Anisa lirih.
“dasar.. PELAACUUUUR!” teriak Niko pada Anisa.
“Plaaakk” sebuah tamparan keras hinggap di pipi Niko, meninggalkan jejak merah disana. Air mata Niko menetes, dia kini menangis. Anisa yang merasa bersalah memeluk anaknya tersebut, membiarkan Niko menangis dalam pelukannya. Anaknya menangis tersedu-sedu di sisinya. Tapi entah bagaimana mulanya, kini tangan Niko mengusap dan memeluk tubuh Anisa dengan penuh nafsu. Mulutnya menciumi bibir Anisa bertubi-tubi seperti seorang kekasih yang lama tak jumpa.
“Sayang.. kamu kenapa?” tanpa menghiraukan pertanyaan mamanya Niko terus saja menjamah tubuh Anisa. Niko dorong tubuh Anisa sehingga kini Anisa terlentang di ranjang. Sekilas, Anisa melihat ke mata anaknya, tatapan matanya kini sudah berubah, tidak seperti Niko yang dia kenal sebelumnya. Pandangan mata dingin yang dipenuhi nafsu. Niko melanjutkan menindih tubuh ibunya tersebut, menjamah dan menciumi wajah Anisa penuh nafsu. Sekarang, dengan tergesa-gesa Niko melepaskan celananya, serta melepaskan celana dalam yang digunakan Anisa dari balik roknya. Dengan kesetanan dia hujamkan penisnya ke vagina ibunya tersebut.
“Sayang..” kata Anisa lirih. Anisa merasa hatinya teriris, tidak menyangka perbuatannya ini telah merubah kepribadian anaknya. Dia sungguh menyesal, tapi sekarang sudah terlambat, biarlah yang akan terjadi terjadilah. Dia akhirnya mengikuti permainan Niko, sambil Niko menyetubuhinya dengan brutal, Anisa melayani ciuman anaknya. Niko menyetubuhi ibunya dengan brutalnya, entah kenapa sekarang dia menjadi lebih tahan untuk tidak segera ejakulasi. Sepertinya pelatihan dari Anisa berhasil, meski memerlukan pengorbanan yang besar akhirnya, sebuah pengorbanan yang tidak mereka sangka ini bisa terjadi.
“Sayang.. terus.. entotin mama.. puasin nafsu kamu ke mama yang selama ini kamu pendam.. iya.. terus sayang.. maafin mama baru bisa memberinya sekarang.. oughh.. puaskan nafsumu anakku.. puaskan..” rintih Anisa.
“Oughh…”
“Ngmmhh.. sayang..”
Suara erangan mereka terdengar memenuhi kamar Niko. Saling bersahutan hingga akhirnya Niko menumpahkan spermanya ke dalam rahim Anisa, ke tempat dia lahir dulu.
“Sayang.. kamu puas?” tanya Anisa lirih ke Niko.
“Iya mah.. maafin Niko” kata Niko yang sepertinya telah sadar apa yang telah dia lakukan.
“Gak papa sayang.. biarlah yang sudah terjadi begitu adanya. Mulai sekarang mama milik kamu. Kamu gak usah segan dan malu lagi minta ke mama” mereka kini saling berpelukan. Malam itu mereka melanjutkan satu ronde lagi sebelum tidur bersama. Kini dan seterusnya, Anisa telah merelakan tubuhnya untuk dinikmati Niko, anaknya.
***
Esoknya , Jaka masih saja datang ke rumah itu. Tapi kini dia hanya datang sendiri. Meski begitu ternyata Anisa tidak disetubuhi Jaka seorang, ya.. sekarang Niko ikut bersamanya, menyetubuhi ibunya, Anisa. Mereka melakukan threesome antara Anisa, Jaka, dan Niko.
“Oughh… Sayang.. terus anak-anakku.. setubuhi aku..” racau Anisa menggila. Kedua lubangnya dimasuki penis mereka. Jaka menggenjot lubang vaginanya sedangkan anaknya, Niko menggenjot lubang anusnya.
“Mah.. enak.. mau keluar..” erang Niko.
“Saya juga tante.. udah gak tahan” erang Jaka.
“Keluarin di mulut mama aja sayang..” pinta Anisa. Mereka mencabut penis mereka dan berdiri di depan Anisa yang kini bersimpuh dan membuka mulut lebar-lebar di bawah mereka.
“Croot.. crooot” penis mereka memuntahkan lahar putih yang berlomba-lomba memasuki mulut Anisa. Tampak begitu banyak lelehan sperma di mulut Anisa, mulutnya tidak kuasa menampung semuanya hingga beberapa tercecer ke dagunya dan menetes di pahanya. Sebelum menelan sperma mereka, Anisa memanjakan mata remaja tersebut dengan memainkan sperma mereka di mulutnya. Mengenyam-ngenyamnya seperti makan nasi, berkumur-kumur dengan sperma tersebut hingga akhirnya dia menelan seluruh sperma tersebut masuk ke dalam lambungnya.
“Gimana? Puas?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke mereka.
“Iya tante.. puas banget hehe..”
“Iya mah.. makasih yah ma..”
“Hihi.. kan mama udah nih minum ‘susu kental’ dari kalian, sekarang giliran kalian deh kalau mau juga minum susu mama, mau nggak nih?” tanya Anisa menggoda.
“Mauuu..” sorak mereka serempak menyerbu buah dada Anisa. Mereka menyusu ke kedua payudara Anisa. Jaka sebelah kanan, dan Niko sebelah kiri.
“Hihi.. sabar dong kaliannya.. sisain untuk Windy juga..” tapi mereka terlalu sibuk mengulum dan meminum susu dari payudara Anisa hingga tidak mendengar apa yang dikatakannya. Anisa hanya tersenyum saja sambil mengusap rambut keduanya. Sesekali dia tertawa kecil kegelian karena permainan lidah dan gigi mereka.
Sejak saat itu mereka terus melakukan hal tabu tersebut, bahkan saat papanya ada di rumah. Saat itu Niko mengajak Jaka untuk menginap di rumah. Tentu saja papanya tidak curiga sama sekali karena merupakan hal yang biasa. Tapi malamnya saat papanya sudah tertidur, barulah Anisa dikerjai, di belakang suaminya, oleh anaknya dan teman anaknya. Niko juga mulai ikut-ikutan membolos walau tidak sesering Jaka, Niko berpura-pura ke sekolah dan berpamitan pada kedua orangtuanya seperti biasanya.
“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya.
“Maaf papa gak bisa antar hari ini juga..” kata papanya karena dia juga akan berangkat kerja.
“hati-hati sayang..” kata Anisa.
Saat mencium tangan ibunya, Niko sempat berbisik pelan ke Anisa.
“Mah.. tungguin yah.. bentar lagi Niko pulang” bisik Niko.
“Dasar kamu, sekolah tuh yang benar, pake cabut segala.. ya udah, tapi cepetan yah.. hihi” bisik Anisa juga. Niko juga ikutan tertawa kecil.
“Daaaah.. pa… ma…” Niko meninggalkan rumah, tapi yang tanpa sepengetahuan papanya, setelah papanya berangkat kerja, Niko malah kembali ke rumah. Menghabiskan harinya bermesraan dengan ibunya, Anisa. Mulai dari sekarang, apa yang akan terjadi hanya mereka yang tahu dan tetap akan menjadi rahasia mereka.
Bersambung***
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar