Entri Populer

Selasa, 12 Desember 2017

MamaKu Yang Baik Hati


Namaku Dio, umurku saat ini 16 tahun dan telah duduk dikelas 1 SMA. Aku seorang laki-laki yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu populer dikalangan para gadis. Aku mempunyai nafsu seks yang cukup tinggi tapi tentunya hanya bisa aku tuntaskan dengan onani sambil menonton film dewasa, menyedihkan. Aku anak pertama dari keluargaku, adekku Sonya baru saja lahir 5 bulan yang lalu dan masih dalam tahap pemberian asi yang rutin oleh ibuku. Kadang setiap ada kesempatan, aku dapat melihat payudara ibuku yang sedang asik menyusui adikku yang masih bayi.
Cerita Tante Kesepian | Ibuku bernama Risa masih berumur 33 tahun karena ibuku menikah muda waktu umurnya masih 17 tahun, sedangkan ayahku saat ini berusia 41 tahun berbeda 8 tahun dari ibuku dan sedang sibuk-sibuknya dengan proyeknya sehingga kadang pulang larut malam atau bahkan tidak pulang karena ada kerjaan di luar kota. Awalnya tidak ada perasaan apapun melihat ibuku yang sedang menyusui, namun sejak aku menonton film ataupun cerita porno tentang hubungan sedarah ibu dan anak, aku mulai tertarik memperhatikan payudara ibuku yang putih mengkal penuh susu tersebut. Bahkan kadang aku mulai berani beronani sambil membayangkan tubuh dan payudara ibuku.
Hari demi hari nafsuku semakin tinggi saja, intensitas onaniku semakin sering dan tentunya yang menjadi target onaniku adalah ibu kandungku sendiri. Setiap ibu menyusui adikku, aku selalu berusaha mencari kesempatan supaya mendapatkan posisi yang pas melihat ibuku yang sedang menyusui, baik ketika sedang menonton tv atau saat dikamarnya. Awalnya tidak ada kecurigaan apapun terhadapku tapi lama kelamaan ibu mulai risih juga dengan kehadiranku setiap menyusui adikku.
“Sayang.. kenapa sih liatin mama terus?” katanya padaku sambil matanya melihat kearahku yang sedang asik memperhatikan payudaranya.
“Eh, eh… gak ada apa-apa kok mah..” kataku gagap.
“Beneran? Tapi kok liatin mama terus sih? Cemburu ya sama adikmu?” kata mama menggodaku. “Kalau kamu mau susu bikin aja tuh di dapur, masih ada kok susu Prenag*n mama dulu” katanya menggoda lagi.
“ahh.. mama becanda nih, masa Dio disuruh minum susu ibu hamil sih ma” kataku pura-pura ngambek, mamaku tertawa karenanya sehingga dadanya berguncang bahkan terlepas dari kuluman adikku sehingga memperlihatkan putingnya yang coklat menggoda.
“Hihi, kamu sih, lagian kamu ngapain sih liatin mama nyusuin adekmu?” tanya mamaku lagi.
“Gak ada apa-apa kok mah” jawabku yang masih agak takut ketahuan sedang horny ngebayangin mamaku.
“Hmmm.. iya deh.. kalau mau liat, liat aja.. tapi inget yah.. liatnya gak pakai nafsu, masa liat mama sendiri nafsu juga” ujar mamaku yang akhirnya membiarkan saja aku memperhatikan payudaranya yang sedang menyusui. Aku tentu saja senang bukan main mendengarnya dan tidak menyiakan kesempatan untuk melihat mamaku menyusui adikku tanpa perlu takut ditegur mamaku lagi. Aktifitas itu tidak berlangsung terlalu lama, adikku akhirnya tertidur setelah kenyang minum asi.
“Udah ya sayang.. adikmu udah tidur nih” kata mamaku sambil memasang kembali branya dan menutupnya dengan kemeja. Aku cukup kecewa karenanya, tapi mamaku cuek saja dan bangkit dari duduknya, sepertinya ingin mengantarkan adikku ke ranjang bawa di kamarnya. Aku iseng mengikutinya ke kamar, setelah masuk ke kamar dan meletakkan adek bayi mamaku heran melihat aku juga masuk ke kamar.
“sayang? Ada apa?” tanya mamaku. Aku berusaha tidak memandang matanya karena grogi, akhirnya aku memandang ke arah ranjang bayi.
“Gak ada kok mah, Cuma mau liat adik aja. Sonya cantik yah ma, imut-imut” kataku mengalihkan perhatian.
“Iya donk, mamanya kan juga cantik, iyakan sayang?” kata mamaku bercanda menggodaku.
“Hehe, iya mah, mama yang paling cantik di rumah ini” kataku membalas godaannya, mamaku tertawa kecil, sungguh tertawa yang renyah dan menyenangkan mendengarnya. Payudaranya sekali lagi ku liat naik turun karena tertawa, mamaku menyadari bahwa aku sedang memperhatikan payudaranya lagi.
“Kamu ini.. emang gak puas tadi liat susu mama?” katanya tenang namun masih dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Sebuah senyum yang membuat hatiku berdebar apalagi mendengar kata-kata mamaku barusan.
“Eh… aaa.. a..anuu” kataku gelagapan.
“Dasar, mama tahu kok usia seperti kamu saat ini sedang panas-panasnya, tapi masa sama mama kamu sendiri nafsu juga, nakal yah..” kata mamaku.
“Kalau kamu horny banget, tuh nonton lagi sana bokepmu itu, mama tahu kok kamu sering nonton bokep di kamarmu” Dugh! Aku terkejut bukan main, ternyata mama mengetahui aktifitasku yang satu itu.
“Dan juga kalau onani di kamar mandi disiram dong sayang, masa dibiarkan gitu aja belepotan di dinding sama di lantai, kamu kelupaan yah nyiramnya? mama deh yang repot membersihkannya.. jorok tahu.” sambung mamaku lagi yang semakin membuat aku terkejut. Aku sadar kalau kadang aku lupa membersihkan sperma yang belepotan, aduh… malu bukan main ketahuan gini.
“eh.. eh.. iya ma.. sorry mah. Tapi gak apa-apa kan mah kalau Dio onani dan nonton bokep?” tanyaku pada mama tapi dengan agak malu dan takut.
“iya-iya.. normal kok untuk laki-laki seusiamu, tapi jangan keseringan” kata mamaku mengiayakan. Akhirnya sejak saat aku tidak perlu diam-diam lagi onani atau nonton bokep, bahkan pintu kamarku ku buka saja.
“Sayang.. makan malam…” kata mamaku di depan pintu kamarku. Aku cukup terkejut karenanya karena sedang asik nonton bokep sambil mengelus barangku.
“Ayoooo… lagi ngapain? Nonton bokep yah?” tanya mamaku menggoda.
“Eh, i-iya mah” jawabku gagap.
“ayo makan dulu, nanti sambung lagi.. “ kata mamaku lagi. Aku segera berusaha bangkit sambil mengeluarkan tanganku dari dalam celanaku.
“Emang nonton apaan sayang? Bagus ceritanya?” goda mamaku sambil tertawa.
“Eh.. iya mah, tentang ibu dan anak mah, panas banget tadi mah, mereka gituan mulu setiap hari mah di rumah, hehe”kataku terus terang pada mamaku walaupun agak malu menceritakannya.
“Ckckc.. kamu suka cerita begituan? Ya udah ayo makan dulu” ajak mamaku lagi. Kamipun makan malam berdua saja karena papa belum pulang dan adikku sudah tidur. Setelah makan malam kami habiskan waktu menonton tv. Mama saat itu hanya mengenakan baju tidur dengan kemeja dan celana panjang. Namun tonjolan payudaranya yang besar tidak mampu disembunyikan dari balik kemejanya sehingga membangkitkan nafsuku. Lagi-lagi mamaku mengetahui aku yang sedang memperhatikan payudaranya.
“Ckckck, kamu ini.. “ katanya namun membiarkan saja aku dan mataku yang asik melihat ke arah dadanya.
“Napa sayang? Mau liat lagi?” goda mamaku. Walaupun aku sudah sering melihatnya apalagi semenjak diperbolehkan melihat terang-terangan namun aku tidak pernah puas dan selalu ketagihan.
“Iya mah, boleh? Hehe” jawabku semangat.
“Iya-iya.. sini deh, dasar anak mama satu ini nakal sama mamanya” kata mamaku. Mamaku mulai membuka kancing bajunya, dimulai dari yang paling atas, lalu kancing kedua.
“Cepetan mah..” pintaku gak sabaran dengan dada yang semakin berdebar, mamaku hanya tersenyum manis saja kepadaku. Baru kali ini mama membuka bajunya yang hanya ada aku di depannya, biasanya harus ada adik bayi dahulu supaya aku dapat melihatnya. Mamapun membuka kancingnya yang ketiga dan menyisakan kancing ke empat yang masih melekat. Aku kini dapat melihat bra warna hitamnya yang tampak kontras dengan kulit payudaranya yang putih mulus dengan urat-urat biru disekitarnya. Mamaku mulai membuka branya yang mempunyai kait di depan supaya mempermudahnya menyusui adikku. Akhirnya kedua payudara mama yang mengkal padat berisi terpampang bebas di hadapan anak laki-laki sulungnya tanpa ada kepala bayi lagi menghalangi, membuat penisku langsung tegang di balik celanaku.
“Ma, kancing bajunya dibuka semua dong..” pintaku lagi.
“Iya-iya, dasar kamu abg mesum” setuju mamaku. Akhirnya mama membuka seluruh kancing kemejanya sehingga kini kemejanya menggantung di tubuhnya memperlihatkan belahan payudara hingga pusarnya untuk bebas aku nikmati.
“Udah? Puas? Dasar kamu.. terus mau ngapain lagi?” tanya mamaku menggoda sambil tersenyum. Aku yang tidak tahan segera memasukkan tanganku ke dalam celanaku dan mengelus-ngelus penisku, mamaku hanya tersenyum melihat tingkahku dan membiarkanku menikmati pemandangan yang ada di depan mataku.
“Ma.. boleh Dio peluk mama?” pintaku kali ini.
“Ya boleh dong.. masa anak sendiri gak boleh meluk mamanya…” jawab mamaku. Aku senang sekali, aku segera mendekatinya dan merangkul tanganku memeluk tubuh mamaku dari depan sehingga payudaranya yang padat tanpa halangan berhimpitan dengan dadaku. Nikmat sekali rasanya merasakan himpitan payudara mamaku yang menekan dadaku. Aku memeluknya sambil membelai punggung dan rambutnya begitu juga mamaku. Cukup lama kami berpelukan seperti itu, hingga aku melepaskan pelukanku. Mamaku tersenyum kepadaku sambil melepaskan pula pelukanku.
“Kenapa sayang? Berdebar gitu dadanya? Hihi” tanya mamaku menggoda.
“hehe, iya mah.. gimana gak berdebar mah, pemandangannya enak gini, terus susu mama tadi nekan-nekan dada Dio lagi.” Jawabku cengengesan.
“Ma, boleh gak Dio lepasin baju sama celana Dio juga?” Pintaku.
“mau apa sih kamu emangnya? Iya deh, buka aja.. sekalian aja dengan celana dalammu, bebasin aja tuh burungmu.. tegang gitu, nafsu ya?” jawab mamaku. Aku yang senang mendangar jawaban mamaku segera berdiri dan membuka baju dan celanaku menyisakan celana dalamku.
“Itu kolornya mau mama yang bukain?” tawar mamaku.
“hehe, boleh mah..” kataku sambil memajukan pinggulku ke arah mamaku. Dia segera menyeipkan jari lentiknya di sela celana dalamku dan menariknya perlahan ke bawah, memperlihatkan penisku yang telah mengacung tegak dihadapannya.
“wah.. udah tegang yah penisnya, gitu amat nafsunya ke ibu kandung kamu sendiri..” ujarnya menggoda. Aku cengengesan sendiri.
“Mau nyusu lagi gak seperti waktu kamu kecil dulu?” goda mamaku.
“Eh.. eh, mau mah..mau banget.. hehe” tentu saja aku mau, itu adalah sesuatu yang aku impi-impikan .
“Ya udah sini dekat-dekat ke mama” ajak mamaku. Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya sambil bertelanjang bulat sedangkan mamaku hanya mengenakan celana panjang dengan kemeja yang terbuka didepannya, memperlihatkan kedua bukit payudaranya yang montok berisi penuh susu. Aku dekatkan wajahku ke pucuk payudaranya dan menempelkan bibirku ke putingnya. Aku mulai mengulum putingnya dan mengenyotnya sehingga air susunya yang hangat mulai keluar dan masuk dengan nikmat ke kerongkonganku.
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu ke mamanya. Tuh lihat burung kamu negang gitu” ujar mamaku, aku hanya senyum-senyum saja mendengarnya sambil masih asik mengenyot susu mama. Tiba-tiba terdengar suara pagar digeser, papaku pulang. Dengan segera aku melepaskan kulumanku dan memungut pakaianku yang berserakan di lantai dan berlari ke kamarku. Mamaku juga segera memakai bra nya dan memasang kembali kemejanya. Sial… nanggung banget, gerutuku. Aku dapat mendengar percakapan mereka samar0samar dari kamarku.
“Udah pulang pa?”
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” kata papaku tertawa diikuti mamaku. Tapi.. duh gawat, celana dalamku tertinggal di sana. Aku panik.
Cerita Tante Kesepian Part 2 – Risa, mamaku yang cantik
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu ke mamanya. Tuh lihat burung kamu negang gitu” Ujarku menggoda anakku yang nakal ini. Dia masih dengan enaknya menyusu ke mamanya dengan penis yang tegang dan menempel di celana tidurku. Tiba-tiba terdengar suara pagar digeser, suamiku pulang. Dengan segera Dio melepaskan kulumannya dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan berlari ke kamarnya. Aku juga segera memakai bra dan memasang kembali kancing kemejaku.
“Udah pulang pa?” tanyaku cukup panik.
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” katanya tertawa diikuti tawaku. Tunggu.. apa itu, celana dalamnya Dio, gawat.. udah barusan mesumin mamanya terus celana dalamnya pake ketinggalan lagi.
“Gimana di rumah? Baik-baik aja kan?” katanya menuju tempat aku dan Dio melakukan kemesuman barusan.
“iya pa, baik-baik aja kok” kataku tenang. Aku berusaha menutupi pandangan suamiku dari arah sofa dimana di bawahnya masih tergeletak mayat, maksudku celana dalam Dio.
“mandi dulu gih pa, bau tuh papanya seharian gak mandi. Mau dibuatin kopi?” anjurku padanya. Tentu saja supaya dia cepat beranjak dari sana sehingga aku bisa membereskan celana dalam itu. Dia mengiyakan dan segera beranjak ke kamar dan mandi. Aku segera memungut celana dalam anakku. Ku lihat bagian tengahnya agak basah tapi tidak lengket. Sepertinya dia memang susah horny dari tadi.
Aku ketuk pintu kamarnya, dia segera membukanya. Dia telah mengenakan baju dan celananya sendiri tapi aku tidak yakin dia pakai kolor.
“Nih celana dalam kamu ketinggalan, untung gak nampak sama papamu, lain kali hati-hati dong sayang, niiihh….” kataku sambil menyerahkan celana dalamnya.
“Iya mah, sorry buru-buru.” Jawabnya sekenanya.
“tapi tanggung nih, gak enak banget rasanya” sambungnya.
“ya gimana lagi dong sayang, papamu udah pulang tuh..” jawabku cuek.
“papa lagi mandi kan mah.. bisa tuh ma sebentar, ayo mah” katanya menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.
“ duh, aduh sayang.. iya-iya tapi pelan-pelan dong nariknya, sakit tangan mama” kataku pura-pura manja. Dia yang kayanya sudah tidak tahan apalagi tadi benar-benar tanggung baginya segera meloloskan pakaiannya memperlihatkan penisnya lagi dihadapan ibu kandungnya. Aku lagi-lagi terpana melihat ukuran penisnya yang cukup besar yang tidak kalah dari papanya.
“terus mama harus telanjang dada lagi nih di depan anak mama satu ini?” kataku menggodanya.
“iya dong mah, masa nggak.. kalau boleh sih gak cuma telanjang dada aja mah” ujarnya nakal.
“terus telanjang apa? ayooo.. kamu kepingin lihat mama telanjang di depanmu ya? Anak mama nakal yah…” kataku menggodanya lagi.
“lain kali yah sayang, kalau kelamaan entar ketahuan papamu” kataku, ku lihat wajahnya cukup kecewa tapi ya ku biarkan saja walau agak gak tega. Ku buka bra dan kancing kemejaku lagi, kali ini kololoskan seluruh kemeja dari tubuhku sehingga bagian atas tubuhku kini benar-benar polos di depan anak kandung laki-lakiku.
“mama cantik…” katanya terpesona melihat tubuh atasku, yang terpampang bebas dihadapan matanya untuk dia nikmati. Aku juga merasakan perasaan lain telanjang dada didepan anak kandung laki-lakiku sendiri apalagi suamiku ada dirumah dan kami bisa ketahuan kapanpun, hal ini membuat jantungku berdebar tidak karuan, ku rasa air susuku makin bertambah dan memenuhi payudaraku karena perasaan ini.
“ayo cepetan sayang” kataku padanya supaya mempercepat aktifitas mesum ini. Dia segera mendekatiku dan mengulum lagi payudaraku, air susuku kembali masuk ke mulutnya dengan derasnya. Tangannya yang satu lagi meremas payudaraku yang satunya sehingga air susuku menyemprot-nyemprot melumuri tangannya dan lantai kamarnya. Kami melakukan ini sambil berdiri. Di sela-sela aktifitas nakalnya ku lihat dilaptopnya menayangkan adegan porno, sepertinya sebelum ini dia yang merasa tanggung itu menuntaskan birahinya dengan menonton bokep.
Ku lihat air susuku mengalir disela mulutnya dan sampai kedagunya yang sudah ditumbuhi janggut tipis. Anakku benar-benar sudah besar sekarang. Kadang dia melepaskan kulumannya dan memainkan putingku dengan lidahnya, tidak hanya putingku, tapi seluruh permukaan kulit payudaraku juga mulai dijilatinya sehingga permukaan payudaraku basah dan tanpak mengkilap. Aku senyum-senyum saja, kubiarkan saja aktifitasnya mesumnya ini.
Tidak lama kemudian wajahnya mulai mengerut, sepertinya dia mau keluar.
“Keluarin aja sayang, tumpahin aja ke mamamu ini” ujarku padanya. Dia tidak menjawab dan semakin kencang mengulum dan menjilat payudara ibu kandungnya ini. “Crooot crooot… “ akhirnya spermanya keluar, karena posisi kami yang seperti itu spermanya jadi mengenai celana panjang piyamaku tepat di depan daerah kewanitaanku.
“udah sayang? Puaskan?” dia mengangguk. Akhirnya dia melepaskan kulumannya dan menarik diri menjauh dari sisiku. Aku segera mengenakan kembali bra dan kemejaku. Kulihat dia masih keenakan sambil duduk di ranjangnya. Aku segera keluar dari kamarnya.
“Besok lagi yah ma.. hehe” pintanya nakal.
“hmmm… liat aja deh besok, dasar kamu..” aku keluar dan menutup pintu kamarku dan segera menuju ke kamarku. Ku lihat suamiku telah selesai mandi. Karena tadi aku juga sempat horny karena kelakuanku dengan anakku aku mengajak suamiku melakukannya. Kami melakukan hubungan suami-istri yang panas malam itu hingga akhirnya kami tertidur (gak perlu diceritakan deh detailnya, soalnya biasa dan pembaca juga tahu apa yang terjadi).
Esok harinya aku bangun pagi seperti biasanya. Beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anakku. Saat sedang sibuk memasak di dapur, sepasang tangan merangkul pinggangku, ku lihat ke belakang ternyata Dio anakku dengan tubuh telanjang hanya membawa handuk yang di kalungkan di lehernya.
“ sayang, apaan sih, bukannya mandi.. ntar kamu terlambat ke sekolahnya” kataku sambil berusaha melepas pelukan tangannya.
“bentar mah, abis bangun pagi ngaceng nih, apalagi liat mama gini.. mama lanjutin aja deh masaknya, Dio gak ganggu kok”jawabnya. Saat ini aku menggunakan daster dengan celemek untuk masak. Aku biarkan saja dia memelukku dari belakang sambil aku masih terus memasak. Lama-kelamaan dia mulai meraba payudaraku dari balik celemek dan dasterku, juga masih aku biarkan saja. Selanjutnya dia mulai menggoyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan penis tegangnya di belahan pantat ibu kandungnya ini yang masih tertutup kain.
“sayang, kamu mulai nakal yah.. masa gesek-gesikin itunya kamu ke mama sih” kataku tapi tidak berusaha melepaskan diriku darinya. Dianya ketawa-ketawa saja.
“itu apa mah? ngomong yang jelas dong mah” katanya pura-pura bodoh menggodaku.
“itu kamu.. burung kamu” kataku dengan agak sebal karenanya, hentakan penisnya makin keras dan kencang saja di belahan pantatku.
“itu bukan burung mah, tapi kontol mah.. coba mama bilang lagi” katanya kurang ajar mempermainkan mamanya.
“iya… kontol. Masa kontol kamu digesekin di pantat mama gitu sih sayang” kataku menuruti kemauannya.
“Digesekin gimana mah?” katanya pura-pura bodoh lagi, kali ini makin kencang saja gesekannya di belahan pantatku, bahkan menyelip di pahaku sehingga kain dasterku ikut terlipat di antara pahaku. Selanjutnya dia melepaskan pelukannya tapi kini malah meraih bokongku dan memegangnya, dia lanjutkan kembali aktifitas mesumnya terhadapku. Kini posisiku seperti sedang disetubuhi olehnya dari belakang.
“kainnya menghalangi aja nih mah” katanya. Aku diamkan saja perkataannya sambil dia masih asik dengan aktifitasnya.
“Ma, temenin Dio mandi dong mah.. udah lama nih gak rasain dimandiin mama” pintanya terhadapku. Sebenarnya itu adalah permintaan yang biasa dari seorang anak pada ibunya, namun tidak bila anaknya sudah sebesar ini, dengan bulu yang sudah tumbuh disekitar kemaluannya.
“kamu ini ada-ada aja, mandi sendiri sana.. lagian papamu bentar lagi bangun, udah sana mandi, terlambat nanti sekolahmu” jawabku menolak permintaanya.
“ yah.. mama, tapi nanti habis pulang sekolah Dio tagih ya ma, hehe” pintanya. Akhirnya dia masuk ke kamar mandi di samping dapur dan segera mandi. Dia sempat membuka pintu kamar mandi dan menunjukkan penisnya di hadapanku.
“Ma.. liat nih..” katanya sambil mengocok penisnya yang berlumuran busa sabun dihadapanku. Sungguh perbuatan yang cabul terhadap ibu kandungnya sendiri.
“kamu apa-apaan sih, tutup pintunya” suruhku padanya tapi tanpa menunjukkan kemarahan. Akhirnya dia menutup pintu dan melanjutkan mandinya.
Kami pagi itu serapan bersama seperti biasa, aku sarapan sambil menyusui bayiku dan Aku dan Dio duduk berhadap-hadapan, sehingga dia serapan sambil juga memandang payudaraku yang sedang menyusui adiknya. Suamiku sih menganggap biasa aku yang menyusui di hadapan Dio. Sedang asik-asiknya serapan kaki Dio mengelus-ngelus kakiku dari bawah meja sehingga perbuatannya ini tidak terlihat oleh suamiku. Aku hanya melototkan mataku kepadanya sebagai isyarat agar dia berheti, namun dia Cuma senyum-senyum kecil saja. Dasar anak nakal,kataku dalam hati. Dia lakukan kemesuman itu sampai kami selesai sarapan. Lalu diapun berangkat ke sekolah dengan motornya begitu juga suamiku yang juga berangkat kerja.
“Tok-tok” Terdengar suara ketukan pintu depan. “ma…. Dio pulang…” ternyata Dio anakku yang sudah pulang. Siang itu aku sedang mencuci baju, segera ku bangkit dan menuju pintu depan.
“Lama amat sih ma” sambil masuk dan melepaskan sepatunya.
“iya.. mama lagi nyuci dibelakang, tumben kamu cepat pulang biasanya keluyuran dulu?” tanyaku.
“kan mau nagih janji mandi bareng mama” jawabnya cengengesan.
“dasar kamu, emang ada mama janji? Hmm… yaudah letakkan tas kamu dulu ke kamar, mama tunggu di belakang.” Kataku sambil menuju kamar mandi belakang yang mana juga tempat mencuci, dia juga menuju kamarnya.
Setelah beberapa saat dia telah kembali dengan hanya mengenakan celana dalamnya. “dasar kamu.. udah gak tahan yah…?” godaku.
“Hehe.. iya nih ma” jawabnya. Aku segera mengajaknya masuk kedalam kamar mandi.
“ Masa udah gede gini masih dimandikan mamanya sih? Sini mama yang bukain kolor kamu” kataku tersenyum manis sambil membuka celana dalamnya dan menaruhnya ke tempat cucian. Penis tegangnya mencuat di hadapanku, ibu kandungnya .
“Mama harus ikutan mandi juga nih?” kataku menggoda padanya.
“Iya dong mah..” jawabnya penuh mesum.
“ dasar kamu.. mama sendiri dimesumin” kataku tersenyum menatap matanya.
“Mama sih.. cantik, seksi, terus gak nolak di mesumin anak kandungnya.. hehe” ujarnya kurang ajar padaku, aku hanya tersenyum saja mendengar jawabannya. Aku mulai membuka pakaianku dimulai dari kaos, kemudian celana, bra dan terakhir celana dalamku. Kini aku benar-benar bugil dihadapannya, dia menjadi orang kedua yang melihatku bugil setelah suamiku. Jantungku berdegup kencang, apa aku harus melakukan ini? Mandi bersama anak laki-lakiku yang sedang horny berat terhadap ibu kandungnya sendiri. Tapi sisi lain diriku ingin mencoba hal yang nakal seperti ini, menyadari hubungan kami ibu dan anak kandung makin membangkitkan gairahku menjadi meluap-luap, pastinya Dio anakku juga merasakan hal yang sama.
Dia mulai mendekati tubuhku yang telanjang didepannya. “Mama cantik banget” katanya mulai meraba payudaraku dan mengusap-ngusap punggung dan pinggangku.
“Aduh.. kamu ini mau mandi atau grepe-grepe mama sih sayang?” tanyaku tapi tidak berusaha menepis tangannya. Dia dekatkan mulutnya ke putingku, kembali air susuku yang sudah memenuhi payudaraku memenuhi mulutnya dan dengan nikmat masuk ke kerongkongannya. Air susuku dihisap habis-habisan olehnya.
“Hisap yang kiri juga dong sayang, masa yang kanan mulu” ujarku padanya. Diapun memindahkan kulumannya ke dada kiriku. Cukup lama dia hisap susuku sambil berdiri, kedua dadaku dia hisap bergantian. Penisnya yang tegang kadang menyentuh pangkal pahaku, menggesek-gesek disana disekitar vagina dan paha atasku, ku biarkan saja aksinya tersebut.
“Hmm.. sayang, penis kamu nyentil-nyentil mama tuh..” kataku tapi dia masih asik meminum susuku.
“Ma.. penis Dio diselipin di dada mama dong..” pintanya. Sepertinya dia sudah horny berat. Aku yang juga sudah mulai horny mengiyakan permintaannya. Aku jongkok di depannya, dia letakkan penisnya diantara kedua buah dadaku dan mulai memompanya maju mundur. Aku juga ikut membangkitkan gairahnya dengan ikut mengayunkan tubuhku naik-turun dan meremas kedua payudaraku sendiri sehingga air susuku muncrat mengenai pahanya dan melumuri penisnya yang sedang nikmat menggesek-gesek disela buah dada ibu kandungnya.
Kami keluar dari kamar mandi dengan masih bertelanjang bulat. Dia terduduk di ranjang sambil melihat aku yang sedang mengeringkan rambutku. Ku lihat penisnya bangkit lagi melihat tubuhku.
“Ayo… kamu mikirin apa? Tuh tegang lagi penismu” godaku.
“Hehe .. iya nih ma.. Dio liatin mama sambil ngebayangin Dio lagi ngentotin mama, pasti enak tu mah..” katanya vulgar kurang ajar kepada ibu kandungnya.
“Hushh.. kamu ngomongnya kurang ajar amat sama mama” kataku tersenyum dan tertawa kecil mendengarnya.
“Ma.. ngentot yukk” ajak anakku ini.
“Yuk ma.. udah gak tahan nih pengen ngentotin mama, apalagi diranjang mama sama papa” katanya makin kurang ajar saja. Aku tentu saja keberatan dengan permintaannya tersebut, itu sudah terlalu jauh, tapi aku yang tidak tega dan juga horny akhirnya memberi dia keringanan.
“Kamu gesek-gesekin penis kamu di vagina mama aja yah sayang.. tapi jangan dimasukin, dosa loh kalau bohong” anjurku, dia yang sudah horny mengiyakan saja ajakanku.
“Yuk, sayang naik ke ranjang mama” ajakku. Kami berdua naik ke atas ranjang, ranjang dimana biasanya hanya ada aku dan suamiku diatasnya untuk tidur ataupun bercinta, kini di atasnya telah berada aku dan anakku yang telah bertelanjang bulat, yang sudah terbawa nafsu sedarah yang menggebu-gebu.
Dia mulai merangkak diatas badanku dan mulai menggesek-gesekkan penisnya di permukaan vaginaku.“Inget ya sayang, jangan sampai masuk, punya papamu lo itu..” kataku mengingatkannya kembali. Dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum dan melanjutkan aksinya menggesek-gesekkan penisnya dipermukaan vaginaku.
“Ma, masukin dikit boleh yah ma… kepalanya aja kok, plissss..” pintanya memelas.
“Kan tadi janjinya Cuma gesek-gesekin aja, gimana sih? Ya udah deh.. tapi janji ya Cuma kepalanya” kataku menyetujui permintaan mesumnya. Dia arahkan ujung penisnya tepat di depan vaginaku, mencoba memasukkan kepala penisnya diantara bibir kemaluanku. Perlahan ujungnya mulai masuk dan akhirnya kepala penisnya masuk ke dalam kemaluanku. Dia mulai mengayunkan badannya maju mundur dengan kepala penis yang telah masuk ke dalam vagina ibunya.
“Ouuhhh… enak mah” racaunya. Nafsu sudah meyelimuti kami, membakar birahi kami ibu dan anak. Walau hanya kepalanya saja yang masuk namun sepertinya sudah memberikan kenikmatan yang luar biasa baginya. Kadang penisnya masuk lebih dalam tapi tidak seluruhnya, aku yang menyadarinya membiarkannya saja. Melihat aku yang tidak melawan, dia lanjutkan kembali aksinya memasukkan penisnya lebih dalam ke vaginaku. Hingga akhirnya ku sadari bahwa dia telah memasukkan penisnya seluruhnya, maju-mundur di vagina ibunya.
“oghhhhhhh….. terus sayang, kamu nakal.. menyetubuhi ibu kandungmu sendiri… diatas ranjang mama dan papamu lagi… oghhhh… yaaahhh… enak sayang… terus anakku.. setubuhi ibumu” kataku kesetanan. Kami semakin menggila, dia makin cepat memompa diriku.
“Ma… mau keluar mah…” erangnya. Ranjangku betul-betul bergoyang kencang, bahkan dengan suamiku kami tidak pernah bersetubuh sehebat ini. Tubuh kami bermandikan keringat. Membayangkan hubungan kami ibu dan anak makin membuat nafsuku tak terkendali, apalagi membayangkan kalau aku hamil oleh anak laki-lakiku sendiri.
“Keluarin didalam saja sayang.. hamili mamamu iniiii” kataku yang telah dibanjiri nafsu yang tak terbendung. “Crooot…crooot” dia menyemprotkan spermanya berkali-kali berbarangan dengan orgasmeku, memenuhi rahim ibu kandungnya sendiri. Dia kelihatan sangat puas. Sesudah itu sepanjang sore hingga malam kami lanjutkan ronde-ronde selanjutnya, kami bahkan lupa untuk makan, bahkan bayiku yang sedang menangis-nangis sampai terabaikan olehku. Kini yang ada dipikiran kami hanya persetubuhan sedarah. Genangan sperma dan air susuku yang tidak berhenti menyemprot ada dimana-mana, belepotan diatas ranjang aku dan suamiku ini, bahkan ditubuhku sudah belepotan spermanya yang tidak pernah puas menyiram di dalam maupun diluar tubuh ibu kandungnya ini.
Sedangkan dia sangat kenyang meminum air susuku yang sepertinya tidak ada habisnya, melumuri penis dan tubuhnya dengan susuku. Aku bahkan melakukan apa yang belum pernah ku lakukan pada suamiku, yaitu menjilati dan mengulum penisnya serta menelan spermanya yang kini aku lakukan terhadap anakku tanpa rasa keberatan. Aku juga menjilati lubang anusnya dan menyodok lubang anusnya dengan lidahku sedalam yang ku bisa, selain itu aku juga membenamkan payudaraku dengan putting yang mencuat tegak ke sekitaran lubang anusnya, membasahi selangkanngannya dengan air susuku, yang semakin membuatnya merasa kenikmatan. Sebuah kenikmatan yang diperolehnya dari ibunya sendiri. Kami melakukan ini sampai lupa waktu, entah sudah jam berapa ini. Bisa saja suamiku pulang kapanpun itu, namun membayangkan suamiku memergoki kami sedang melakukan perbuatan tidak bermoral ini, antara istri dan anak kandungnya sendiri, di dalam kamar kami dan diatas ranjangku dan suamiku, malah membuat sisi binalku semakin gila menjadi-jadi.
“TERUS SAYANG.. SETUBUHI MAMA… JANGAN BERHENTI… SIRAM PEJUMU KE RAHIM MAMA SEPUAS-PUASMU… HAMILI MAMA… MAMA DISINI SEBAGAI PEMUAS NAFSUMU ANAKKU… “Racauku kesetanan.
Cerita Tante Kesepian Part 3 – Papa yang Baik
Aku senang sekali akhirnya dapat segera pulang ke rumah, setelah seharian bekerja untuk keluargaku, apalagi kini bertambah satu lagi si kecil Sonya. Jalanan kota yang macet makin menambah letihku, sesudah ini aku ingin menghabiskan waktuku untuk beristirahat dan tidur karena besok kembali setumpuk pekerjaan yang menunggu.
Aku buka pagar rumahku, tapi anehnya tidak satupun lampu yang menyala diluar sini. Apa orang-orang rumah pada pergi? Pikirku. Tapi setelah aku masuk kerumah ternyata pintu depan juga tidak terkunci, begitu juga dengan lampu di dalam rumah yang tidak satupun menyala. Aku mulai takut bila terjadi perampokan atau apapun itu. Ku melangkah lebih dalam namun samar-samar terdengar suara, arahnya dari dalam kamarku. Segera ku naik ke lantai atas dimana kamarku berada, suara itu semakin keras dan seperti suara desahan. Ku lihat pintu kamarku terbuka dengan lampu yang menyala, dengan rasa agak cemas ku dekati pintu kamarku dan melihat ke dalam.
Jantungku serasa mau copot, sebuah pemandangan yang membuat dadaku sakit, dimana istriku sedang bersetubuh dengan liarnya dengan anakku sendiri. Di atas ranjangku dan istriku yang biasa menjadi tempat kami memadu kasih, sedang bersetubuh dua insan ibu beranak yang selama ini mati-matian aku hidupi.
“Halooo pa, sudah pulang?” sapa istriku.
Hatiku hancur-sehancurnya, kecewa, marah, dadaku seperti ditancap tombak tajam berkali-kali, kakiku tidak mampu menahan beban tubuhku, air mataku menetes.
Cerita Tante Kesepian SEASON II
Kejadian tersebut betul-betul merupakan pukulan telak bagi kehidupanku. Tidak lama setelah aku menangkap basah mereka berdua berbuat mesum di atas ranjangku sendiri, aku melayangkan cerai terhadap istriku. Tentu saja anakku Dio ikut dengan ibunya ke kota lain, namun hak asuh Sonya jatuh ke tanganku karena aku merasa lebih pantas merawatnya dari pada mantan istriku ini.
Kehidupan baruku dimulai, sudah 7 bulan berlalu, perlahan aku mulai bisa melupakan kejadian waktu itu. Aku tidak pernah lagi mendengar kabar istri maupun anakku Dio. Suatu hari aku mendapat kiriman paket, aku cukup terkejut mengetahui itu kiriman dari istriku, yang tidak ada kabar apapun selama ini tiba-tiba mengirimkan aku sebuah paket. Aku penasaran apa isinya dan langsung saja ku buka, sekeping dvd berada di dalamnya.
“Aneh.. tidak ada angin tidak ada hujan mengirimkan aku dvd?” kataku bicara sendiri.
Karena penasaran segera ku nyalakan dvd player dan ku putar dvd tersebut. Alangkah terkejutnya aku menyaksikan apa yang ditampilkan. Istriku bertelanjang dan dengan anakku Dio berada di sampingnya juga dalam keadaan terlanjang. Aku lebih terkejut lagi saat menyadari perut istriku buncit, dia hamil?? Oleh anakku?? Sekali lagi kepalaku terasa seperti dihantam gada, sebuah perasaan sakit dan sesak di dada seperti waktu itu, tanganku mengepal erat remot vcd player.
….
….
“Apa kabar suamiku? Sehat-sehat saja kan?” sapa mantan istriku memulai tayangan rekaman tersebut. Ku lihat Dio melambaikan tangannya ke kamera menyapaku.
“Pa lihat nih perut mama, buncit lagi nih.. lagi hamil nih pa, coba papa tebak anaknya siapa??? Yup.. betul pah, anaknya Dio dong… hihihi. Udah besar anak papa ini bisa menghamili perempuan, ibu kandungnya lagi..” kata istriku lagi sambil tertawa kecil, sementara disini dadaku samakin sesak.
“Hmm… pa, sorry banget yah ngirimin rekaman ini ke papa, abisnya Dio yang maksa sih.. mama Cuma ikut-ikutan aja, lagian kayaknya asik nih”
“Pa.. jangan dimatikan dulu ya.. tonton aja dulu sampai selesai..” katanya lagi ke kamera seperti tahu bahwa aku tidak tahan dengan apa yang aku lihat ini. Ya.. aku memang tidak tahan untuk terus menyaksikan ini namun aku penasaran dengan apa yang terjadi, jadi aku putuskan untuk kembali menontonnya.
“Pa, perut mama seksi yah pa?” kata Dio yang akhirnya mulai bersuara.
“Liat nih pa.. buncit.. mulus, duh enak banget nih kayaknya numpahin peju lagi ke perut buncit mama” katanya sambil meraba-raba perut istriku
.
“Susu mama juga makin gede aja, apa karena sering Dio semprot pake peju Dio yah ma? hehe..” kata Dio lagi.
“Ish.. Dio, gak malu apa omong gitu di hadapan papamu yg lagi nonton ini?” kata istriku menyela.
“Ye… kan emang gitu tujuannya mah, gimana ma perasaan mama bikin rekaman gini dengan Dio?”
“Hmm… gimana ya… asik, bikin gimanaaaaaa gitu.. hihi”
“Dasar mama mesum”
“Kamu tuh.. anak yang mesum, nakal gini ke mamanya”
“Tapi suka kan mah?” kata Dio sambil menepuk-nepuk perut buncit istriku. Sebuah percakapan yang tidak pantas antara ibu dan anak.
“Ma… ngentot yuk.. tunjukin ke papa gimana kita biasa ngentot, hehe” ajak anakku ini ke mamanya.
“Dasar kamunya… gak tahan yah?” tanya istriku menggoda sambil melirik ke kamera.
“Iya nih ma.. hehe”
“Ya udah, sini mama jilatin dulu kontol kamu” kata istriku. Dio berdiri di hadapan ibunya yang bersimpuh di depan selangkangannya. Penisnya kini tepat berada di depan hidung ibu kandungnya, kemudian menggenggam penis anaknya tersebut dan mulai mengocoknya, menjilatinya baik batangnya maupun buah zakar termasuk mengemut bulu kemaluan anaknya itu, semuanya istriku lakukan dengan sesekali melirik ke kamera.
“Ma.. masukin ke mulut ma, yang dalam ma” pinta anakku. Kemudian istriku mengambil posisi telantang di atas ranjang dengan kepala menggantung di sisi luar ranjang, sehingga rambut istriku tergurai kebawah. Anakku berdiri di hadapan kepala istriku dan mengarahkan penisnya ke mulut istriku dan mulai memasukkan penisnya yang cukup besar hingga mentok di kerongkongan ibu kandungnya itu, dia mulai menggoyangkan pinggulnya menyetubuhi mulut ibu kandungnya sedalam mungkin membuat ibunya kesusahan bernafas.
“Pa, lihat nih… Dio lagi ngentotin mulut mama, enak banget pa.. anget, upss.. mama kehabisan nafas yah?” kata Dio namun tidak berusaha melonggarkan ataupun melepaskan batang penisnya yang terbenam di mulut ibu kandungnya. Istriku itu terlihat sangat kesusahan sekali menahan nafas dengan wajah yang telah memerah dan penuh keringat.
“Plok” bunyi suara yang dihasilkan saat penisnya terlepas dari mulut istriku. Istriku langsung gelagapan mengambil nafas, namun hanya sejenak saja karena penis itu kembali menjejali mulut istriku. Sepertinya istriku menikmati perlakuan anaknya ini, terlihat dari dia yang sesekali melirik ke kamera dan berusaha tersenyum dengan mulut yang dijejali penis anaknya, istriku bahkan sempat tertawa kecil ketika penis terlepas dari mulutnya karena anaknya ini menggenjot mulutnya terlalu bernafsu. Mereka lakukan adegan itu cukup lama, liur istriku mengkilap melumuri penis anaknya bahkan liurnya sampai menetes-netes di lantai. Kadang istriku sempat muntah-muntah karena rasa sakit yang dirasakan di kerongkongannya namun masih saja terus melanjutkan aksi tersebut.
Entah kenapa aku yang menyaksikan ini ikut terangsang, tanpa ku sadari celanaku menjadi sempit. Aneh, memang apa yang aku lihat ini betul-betul menyayat hatiku namun entah kenapa menyaksikannya juga membuat aku terangsang. Mengetahui bahwa yang aku saksikan ini merupakan istri dan anakku sendiri malah membuat aku semakin merasa tidak karuan, sakit sekaligus terangsang.
“Ma.. sekarang dijepit di antara ke susu mama yah.. “ pinta anakku ini.
“oke sayang, kamu duduk aja sini di tepi ranjang, biar mama yang beraksi sekarang” kata mamaku beranjak turun dari ranjang dan memposisikan penis anakku di antara belahan susunya. Sebelum menjepitkan penis anaknya di antara buah dadanya, istriku meludahi penis anaknya sebanyak mungkin membuat daerah selangkangan Dio betul-betul berlumuran air liur ibunya, istriku juga meremas buah dadanya dan mengarahkan putting susunya tepat di lubang kencing di kepala penis anaknya, menggesek-gesekkannya di sana dengan air susu yang menyemprot kuat karena remasan tangannya. Daerah selangkangannya kini sudah basah berlumuran air liur dan air susu ibunya.
Mulailah penis itu di benamkan di antara buah dadanya, Istriku menggoyangkan badannya naik turun, menggesek-gesekkan penis itu di antara kulit buah dadanya yang mulus.
“Enak sayang?” tanya istriku pada Dio.
“Enak mah.. uhh…” lenguh Dio.
“Pa… si Dio keenakan nih ngentotin susu mama, hihi..” kata istriku tersenyum manis melirik ke kamera.
Sambil ibunya menjepit penisnya di buah dadanya, Dio mengelus-ngelus rambut ibunya bahkan kadang jari-jari tangannya dia masukkan ke mulut ibunya, menjelajahi rongga mulut ibunya dengan jari tangannya. Penisnya yang cukup panjang membuat ujung kepala penisnya berada di bawah mulut istriku, terkadang istriku sengaja menundukkan kepalanya sehingga kepala penis tersebut masuk ke mulut istriku sambil batang penis Dio masih asik menggesek di belahan dada ibunya.
“Ma… stop dulu ma.. keburu keluar ntar, enak banget sih.. hehe, mama mainin penisnya Hadi sama Yuda aja dulu..” Hadi?? Yuda?? Siapa pula itu. Astaga, aku baru sadar bahwa tidak hanya mereka berdua di ruangan tersebut, tentu saja ada yang memegang kamera ini dan mengambil gambar mereka.
“Di, Yud, giliran lo berdua, sini gue aja yang megang kameranya..” kata anakku. Ku lihat kamera seperti sedang berpindah tangan, entah tadi itu sedang dipegang oleh Hadi atau Yuda kini sepertinya sudah berpindah ke tangan anakku Dio, bersiap merekam ibu kandungnya sendiri bersama teman-temannya yang akan berbuat cabul ke ibunya, di hadapannya dan direkam olehnya sendiri.
“Sini-sini, sama aja kalian dengan Dio, sama-sama nakal” kata istriku menyuruh Hadi dan Yuda mendekat ke arahnya.
Istriku mulai membuka pakaian Hadi dan Yuda yang memang tinggal celana dalam saja, kemudian mulai mengocok dan menjilati penis-penis dua remaja teman anakku itu.
“Pa… lihat tuh.. mama ngapain tuh pa? hehe.. mau dikeroyok teman-teman Dio tuh pa..” kata Dio yang hanya terdengar suaranya saja.
“Dio, gimana nih perasaan kamu merekam ibumu sendiri seperti ini? Hihi.. Pa, liat nih anakmu.. sedang merekam ibu kandungnya lagi berbuat mesum dengan teman-temannya.. hihi” kata istriku lagi tertawa kecil ke kamera.
Mereka melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan anakku tadi, memasukkan penis mereka bergantian sedalam mungkin ke mulut istriku, melumuri penis-penis tersebut dengan air liur dan susunya dan menjepitkannya di antara buah dadanya. Cukup lama mereka memainkan penisnya ke bagian-bagian tubuh istriku.
“Oghh… enak tante.. Dio, mama lo emang mantap” erang Yuda. Istriku hanya tersenyum saja mendengar ocehan-ocehan mereka sambil melirik ke kamera.
“Hehe, iya nih.. kalau gue mah, udah gue bunuh orang yang giniin mama gue, tapi lo malah ngasih mama lo gratis gini ke kita, pake lo rekam lagi.. lo dan mama lo emang gila” kata Hadi ikut berkomentar.
“Hehehe.. iya, kalian puas-puasin deh nikmati tubuh nyokap gue.. siramin aja tuh peju kalian ke tubuh nyokap gue.. bebas pokoknya..” kata Dio membalas omongan temannya.
“Gimana? Enak yah.. makanya sering-sering aja main ke rumah tante.. hihi” ikut-ikutan istriku. Tidak lama kemudian penis mereka menumpahkan spermanya ke tubuh istriku, mereka menumpahkannya di buah dada istriku yang mulus. Sambil mereka enak ngecrot di dada itu, istriku meremas buah dadanya sehingga air susu memancar ke penis tersebut sambil penis tersebut juga menyemprotkan spermanya ke arah putting istriku. Istriku menjerit-jerit kecil sambil tertawa ke kamera saat buah dadanya dilumuri sperma teman-teman anakku.
Aku yang sedang menyaksikan rekaman ini sampai terpana dan terdiam, tidak menyangka istriku ini bisa sebinal dan sekotor ini, tapi entah kenapa menyaksikan ini membuat gairahku bangkit, aku bahkan telah meraih penisku sendiri dan mengocoknya sambil menyaksikan tayangan rekaman mesum dari istriku ini. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku ikut bergairah menyaksikan ini, sebuah tayangan yang membuat hatiku teriris sekaligus membangkitkan gairahku. Aku makin mempercepat kocokan tanganku di penisku sendiri, hingga akhirnya aku tidak tahan karena begitu terangsang melihat adegan tersebut. Air maniku menyemprot membasahi tangan, sofa, dan karpet dibawah. Sebuah perasaan nikmat melandaku, dimana itu disebabkan tayangan rekaman mesum istriku bersama anakku dan teman-temannya.
Aku pause video ini sementara, aku bersihkan dahulu ceceran sperma di sekitarku dengan tisu, kemudian aku ke kamar mandi untuk membersihkan penis dan celanaku. Aku masih bingung dengan apa yang aku rasakan ini, namun aku masih penasaran adegan selanjutnya di rekaman tersebut. Memikirkan apa yang akan terjadi pada istriku membuat gairahku kembali bangkit. Aku kembali menuju ke ruang tv untuk melanjutkan menonton rekaman itu. Aku tekan tombol play dan tayangan rekaman tersebut kembali berlanjut. Kini istriku terlihat sedang membersihkan tubuhnya yang terkena ceceran sperma dengan tisu.
“Hihi.. pa, lihat nih.. banyak banget peju mereka, kena telak di susu mama..” kata istriku sambil mengusap dan membersihkan dadanya dengan mata melirik ke arah kamera.
“Oi, sekarang kalian pegang lagi nih kamera, gue udah gak tahan pengen genjotin mama gue.. tenang aja, ntar kalian juga dapat kok, nih kameranya..” kata Dio memberikan kamera ini lagi ke salah satu dari mereka, sepertinya kini Yuda yang memegang kamera.
“Hihi.. udah gak tahan yah sayang pengen genjotin mamamu? Sini-sini..” ajak istriku pada anakku itu. Dio langsung mendekati ibunya kemudian mengelus-ngeluskan dan menampar-namparkan penisnya ke perut buncit ibu kandungnya yang sedang hamil anaknya itu.
“Ma.. kalau nanti anaknya laki-laki bolehkan kalau dia sudah besar nanti ngentotin mama seperti yang Dio lakukan sekarang?” tanya anakku yang membuat aku disini terkejut mendengarnya. Permintaan yang sangat kurang ajar dan tidak bermoral.
“Hmm… kamu mau mama nanti gituan sama anak ini? Dasar kamu nakal, ada-ada aja fantasi kamu” balas istriku.
“Tapi kalau nanti anak kita perempuan gimana?” tanya istriku lagi.
“Kalau perempuan nanti kalau udah cukup umur Dio ngentotin dianya mah… hehe, jadi ada teman mama nih yang bantu muasin Dio” sebuah perkataan seorang maniak seks yang tidak lain disampaikan oleh seorang anak ke ibu kandungnya sendiri. Aku disini makin terkejut mendengarnya, mereka betul-betul sudah gila, namun aku yang mendengar percakapan tersebut juga ikut Horny, apalagi membayangkan kalau itu benar-benar terjadi nantinya.
“Jadi mau lubang yang di dapan atau di belakang?” tanya istriku menggoda Dio.
“Belakang dulu deh mah”
Istriku mengambil posisi menungging di atas ranjang, terlihat perutnya yang buncit besar menggantung. Aku tidak yakin posisi seperti itu aman untuk bayi di dalamnya, anak yang ada di rahim tersebut memang bukan anakku namun kekhawatiran muncul juga di kepalaku.
Terlihat Dio sudah di belakang ibunya dan mulai memasukkan penisnya ke lubang anus istriku, aku cukup terpana melihatnya. Aku saja selama ini tidak pernah melakukan anal seks kepada istriku ini namun sekarang anakku sendiri yg malah melakukannya ke ibu kandungnya itu. Mereka mulai bersetubuh lewat belakang, Dio dengan nafsu menggenjot anus ibunya membuat buah dada dan perut istriku itu ikut berayun-rayun.
“Duh.. sayang, hati-hati, jangan terlalu keras.. sakit tahu.. apalagi mama sedang hamil gini..”
“Iya mah… ougghhhh.. uhhh….”
Mereka melakukan anal seks tersebut cukup lama diiringi racauan dan rintihan kenikmatan mereka berdua.
“Ma.. masukin ke memek mama yah..” pinta anakku. Kini penisnya menjelajahi liang vagina istriku dan mengobok-ngobok rahim ibunya tempat dia berasal dulu. Aku yang menyaksikan ini juga gak kalah nafsunya mengocok penisku sendiri, melihat adegan demi adegan persetubuhan ibu beranak yang merupakan istri dan anakku sendiri.
“Yud, Di, yuk sini bareng.. “ ajak Dio pada temannya sambil melepaskan penisnya dari vagina ibunya. Apa-apaan ini? Anakku mengajak temannya menyetubuhi ibunya bersama-sama, betul-betul brutal perbuatan mesum mereka ini.
“Letakkan aja handycamnya di tripot, arahin kesini” pinta Dio lagi.
“Hihi.. iya sini deh kaliannya,kayaknya gak tahan banget tuh.. udah tegang gitu dari tadi” sambung istriku mengajak mereka yang dari tadi asik mengocok penis mereka sendiri sambil menonton adegan cabul temannya pada ibunya itu. Mereka tidak menunggu untuk disuruh lagi, langsung saja mereka ikut naik ke ranjang. Kini di atas ranjang itu istriku bersama dengan tiga remaja tanggung yang salah satunya merupakan anak kandungnya sendiri. Mereka mulai meraba-raba dan meremas bagian-bagian tubuh istriku, baik buah dada, pinggul maupun perut hamilnya yang buncit.
“Bentar yah..” kata istriku sambil melepaskan tangan-tangan nakal itu dari tubuhnya kemudian dia bersimpuh dan menghadap ke kamera.
“Pa, liat nih.. kayaknya mama bakal digangbang Dio dan teman-temannya, masih sanggup lihat kan pa? hihihi.. mama gak pernah dikeroyok gini nih Pa sebelumnya… agak deg-degkan juga sih, tapi mama penasaran banget rasanya dikeroyok gini, apalagi sama Dio anak kita dan teman-temannya” kata istriku tertawa binal ke arah kamera.
“Kalian siap??” kata istriku sambil melirik dan tersenyum nakal ke arah bocah-bocah nakal di sekelilingnya kemudian juga melirik ke kamera.
“Ayo mulaaaai, puas-puasin nafsu kalian anak-anakkuuuuuuu” teriaknya dengan nada manja.
Kemudian mulailah adegan gangbang tersebut, istriku dikeroyok oleh 3 remaja ini. Kembali tangan-tangan mereka meremas dan meraba istriku. Dia menjerit-jerit kecil karena remasan dan rabaan mereka pada buah dada maupun daerah vagina istriku ini. Suara rintihan dan erangan mereka betul-betul menggema, seperti tidak mempedulikan bahwa bisa saja suara teriakan erangan tersebut terdengar oleh tetangga di sana, walaupun aku sendiri tidak tahu mereka sedang dimana, bisa saja di rumah, villa atau kamar hotel.
“Siapa dulu nih? Atau kalian mau langsung masukin bersamaan? Pas tuh ada tiga lubang.. Hihihi” kata istriku menggoda.
“Boleh tante, tapi Hadi udah kebelet banget pengen coba analin tante.. Hadi di lubang belakang aja yah tante.. hehe” pinta Hadi ini dengan wajah mesumnya.
“Iya-iya.. boleh, dasar kamu doyan anal.. pasti kamu kalau udah gede besok mau jadi analis yah? Hihihi..” kata istriku menggoda Hadi.
“kalau Yuda mau yang mana?” tanya istriku sambil tersenyum pada Yuda.
“Lubang di depan aja dulu tante.. penasaran gimana rasanya ngentotin cewek hamil”
“Ish.. dasar kamu.. kalau gitu anak mama ini ngentotin mulutnya mama dulu yah sayang.. sip kan??”
“oke mam..” setuju anakku. Yuda mengambil posisi telentang di atas ranjang, penisnya yang tegang dari tadi menjulang ke atas bersiap untuk memasuki liang vagina istriku. Istriku mulai jongkok di atas penis Yuda dan perlahan menurunkan badannya, sedikit demi sedikit penis itu mulai tenggelam di liang vagina istriku hingga akhirnya penis itu mentok dan terbenam seluruhnya disana yang mungkin saja kepala penisnya bertemu dengan kepla cabang bayi di dalam sana. Istriku masih diam saja jongkok diatas penis itu, lalu dari belakang Hadi mulai mencari-cari lubang anus istriku untuk dimasuki penisnya.
“Sini tante bantu” kata istriku menggenggam penis Hadi dan menuntunnya ke lubang anusnya sambil badannya sedikit merunduk sehingga perut hamilnya yang buncit bergesekan dengan perut berbulu Yuda. Dio juga ikut serta dengan membenamkan penisnya dan menyetubuhi lagi mulut ibunya. Jadilah kini istriku dalam posisi dihimpit depan belakang, dengan ketiga lubangnya yang terisi penuh oleh penis-penis remaja. Mereka dengan brutal menggenjot lubang-lubang istriku yang sedang hamil, kadang sambil menyetubuhi istriku mereka meremas kuat buah dada istriku sehingga air susu kembali memancar dengan derasnya membasahi orang yang sedang ditunggangi oleh istriku. Setelah cukup lama mereka menggenjot penis mereka di bagian mereka masing-masing, mereka bergantian melakukannya pada lubang yang yang lain, sehingga masing-masing mereka dapat merasakan nikmatnya sensasi menyetubuhi perempuan hamil di semua lubang secara bergantian. Sesering mungkin istriku berusaha melihat dan tersenyum nakal ke kamera, membuat aku makin merasa tidak karuan menontonnya.
Mereka cukup lama melakukannya, aku sendiri juga tidak tahan menonton adegan ini, rasa perih yang teramat sangat sekaligus gairah yang luar biasa menyaksikan ini semua. Aku lakukan lagi mengocok penisku sendiri sambil menonton rekaman ini.
“Ma pindah tempat yuukk” ajak anakku.
“Dimana sayang??” tanya istriku yang masih digenjot depan belakang, tampak tubuhnya telah banjir keringat, baik keringatnya sendiri maupun yang bercampur dengan keringat bocah-bocah nakal itu.
“Di depan rumah yuk mah… pasti asik tuh, apalagi kalau ada yang lewat dan ngelihat, hehe..” pinta Dio mesum kurang ajar.
“Hah? Gila kamunya.. bisa masalah ntar kalau ada tetangga yang lihat.. ”
“Plisss mah… Dio pengen wujudkan fantasi Dio nih..”
“Oke deh.. tapi hati-hati yah.. jangan sampai ada yg ngelihat” akhirnya istriku ini setuju dengan ajakan gila anakku.
“Yud, lo yang pegang kamera yah.. ganti-gantian kita” kata Dio. Mereka turun dari ranjang dan menuju ke pintu depan dengan kamera yang kini sedang digenggam oleh Yuda masih merekam. Dapat ku lihat bahwa rumah ini cukup bagus, di halaman depan ada pagar yang cukup tinggi mengelilingi dan ada tanaman-tanaman tinggi yang cukup menutupi padangan dari luar.
Mereka kembali melanjutkan adegan mesum tersebut, namun kini hanya bertiga saja karena salah satu orang begantian memegang handycam. Mereka seperti menikmati berbuat mesum dengan hampir-hampir ketahuan seperti itu.
Kadang beberapa kendaraan seperti motor dan mobil melintas membuat mereka memperlambat aksinya. Sambil melekukan adegan tersebut Istriku kadang merintih dan menjerit-jerit terlalu keras. Aku saja yang hanya menonton disini merasa berdebar-debar, apalagi mereka yang melakukannya.
“Tuh.. lihat kan, hampir ketahuan tadi.. kalian sih dibilangin gak mau dengar” kata istriku yang kini dibawahnya ada Dio yang sedang menyetubuhi vagina ibunya.
“Hehe.. gak papa lah ma, belum ketahuan juga.. hehe” balas Dio.
“Mah.. coba mama teriak deh ma, bilang gini mah.. Kontol anakku enak.. coba mah” pinta Dio gila.
“Gila kamu.. kedengaran dong sama tetangga.. apalagi kalau ada orang lewat” tolak istriku.
“Gak kok mah.. jam segini kan tetangga lagi sibuk kerja, jalan juga sepi gak banyak amat yang lewat dari tadi.. mau yah ma??”
“Iya-iya.. dasar kamunya gila”
“Hehe.. mama sih mau aja di gilain anaknya.. hadap ke kamera mah” Istriku kemudian menghadap ke kamera dan mulai berteriak.
“Kontol anakku enaaak…” teriakku istriku menghadap ke kamera, setelah itu dia celingak celinguk ke arah luar khawatir kalau-kalau ada yang datang.
“Kurang keras mah.. lagi” kata Dio sambil menepuk perut hamil mamanya. Istriku mengulangi lagi.
“Kontol anakku enaaak.. “ teriaknya lagi.
“Masih kurang keras mama… nih” kata Dio sambil memilin putting mamanya.
“Kontol anakku Dio.. enaaakk… keraaass.. Setubuhi mamamu iniiiiiiiiiiiiiiii” teriak istriku ini sejadi jadinya. Betul-betul gila, dengan teriakan keras seperti itu mustahil rasanya tidak ada tetangga yang mendengar. Aku yang menonton rekaman ini menggeleng-gelengkan kepalaku.
“Tuh.. puas?” kata istriku sambil tersenyum ke Dio dan kemudian melirik kembali ke arah luar dengan harapan tidak ada yang datang dan mendengar teriakannya.
“Hehe.. mama paling top deh..”
Mereka bersetubuh lagi, bergantian dengan teman anakku. Hingga masing-masing mereka merasakan ingin keluar.
“keluarin dimana tante?”
“Coba tanya Dio deh.. mau dimana sayang?” tanya istriku pada anaknya.
“Di perut mama aja, kita keluarin bareng-bareng disana” ujar Dio.
“Dasar kamu.. nafsu banget yah lihat perut mama buncit gini?? Iya deh.. sini-sini” goda istriku. Istriku mengambil posisi telentang di teras depan rumah dikelilingi para remaja ini yang sedang mengocokkan penisnya di depan perut hamil istriku, kadang mereka menggesek-gesekkan penis mereka di permukaan perut hamil istriku.
“Croot.. crroott” sperma-sperma mereka menyemprot ke perut hamil buncit istriku ini. Begitu banyak hingga sebagian turun ke arah dadanya dan ke arah selangkangannya.
“Udah? Puas??” tanya istriku pada mereka di balas anggukan kepala mereka.
“Tuh.. lihat nih pa, sperma mereka berlumuran di perut mama nih” kata istriku tersenyum ke kamera sambil meraba cairan sperma di permukaan kulit perutnya.
“Ma.. enak banget mah.. makasih yah ma..” kata Dio.
“Iya tante,, enak banget.. puas deh..” sambung teman-teman anakku.
“Ma.. kita kasih pertunjukan terakhir ke papa mah.. itu loh ma yang kadang kita lakuin kalau abis ngentot..” pinta anakku pada ibunya. Sepertinya istriku paham maksud anakku ini.
“Iya-iya, tapi disini emangnya?”
“Iya mah.. disini aja, hehe” Mereka berdiri mengelilingi istriku yang duduk bersimpuh, kemudian… seeerrrrr… Air kencing mengalir dari masing-masing penis mereka, anakku mengencingi ibu kandungnya sendiri! Tidak hanya satu namun ada tiga penis yang mengencinginya! Aku semakin shock menyaksikannya. Tampak cairan bening kekuningan membasahi tubuh istriku, dia juga membuka mulutnya sehingga sebagian air seni itu tertampung mulutnya dan mengalir ke kerongkongannya.
“Dasar kamu.. nakal banget.. kurang ajar ke mamanya.. pa lihat nih.. sekarang badan mama dipenuhi kencing mereka nih.. bau pesing banget.. hihi” kata istriku manja.
“Hehe.. oke mah, udahan.. bilang bye-bye ke papa ma”
“Hmm.. bye-bye sayangku.. sekali lagi maaf yah aku cuma ngirim rekaman video ini ke kamu setelah selama ini.. salam untuk putri kita pa.. dadahh”
Layar menjadi berwarna biru, tayangan ini sudah berakhir. Aku masih terdiam sesaat terduduk di sofa ini. Aku benar-benar tidak menyangka istriku menjadi seperti itu, namun aku tidak mengingkari bahwa aku juga terangsang melihat rekaman barusan. Sudah beberapa bulan ini aku coba melupakan kejadian waktu itu, namun kini datang lagi bahkan lebih kejam dari sebelumnya. Beberapa bulan ini juga aku tidak pernah lagi merasakan tubuh wanita dan tadi aku akhirnya melepaskan dahagaku sambil menonton rekaman itu, rekaman persetubuhan istriku dan anakku, ibu dan anak kandung. Terbesit dibenakku aku harus bilang apa pada Sonya putriku saat dia besar nanti, aku tidak ingin dia tahu apa yang terjadi antara ibunya dan kakaknya itu. Lebih baik aku menyimpan rahasia ini dan berbohong padanya, mungkin cerita mereka kecelakaan adalah pilihan yang tepat

Minggu, 03 September 2017

[Kemesraan dengan "Akak Rose"]







"Kalau macam itu, sekarang kita jangan sia-siakan peluang yang ada ni sayang. Ros dah tak sabar lagi sayang." 



         Nama aku Razlan. Tinggi aku lebih kurang 171 cm dan berat badan aku lebih kurang 70 kg. Kira aku ni tinggi la juga orangnya, tapi kulit aku gelap sikit, ala-ala mamak sikit. 'Batang nikmat' aku boleh tahan juga saiznya, panjangnya ada la hampir-hampir 6 inci dan ukur lilitnya ada la lebih kurang 4 inci. Untuk orang Asia, aku punya saiz tu kira canggih la juga kan. 
Aku ni ada satu minat yang lain sikit dari lelaki-lelaki lain yang sebaya aku. Aku minat sangat-sangat kat wanita-wanita yang berusia dalam lingkungan 30-an dan awal 40-an, lebih-lebih lagi golongan-golongan janda yang fizikalnya masih mantap lagi. Contoh kategori wanita yang menjadi minat aku ni ialah salah seorang aktress Malaysia iaitu Rosnah Johari. Selama ini aku memang selalu sangat aku melancap sambil merenung gambar-gambar Rosnah Johari dan berangankan adegan-adegan seks aku dengan dia. 

OK la, melalui ruangan ini aku nak menceritakan pengalaman aku lebih kurang 6 tahun yang lepas bersama dengan seorang janda cantik yang beranak dua dan berumur lebih kurang 35 tahun pada waktu itu. Aku panggilnya dengan nama Kak Ros sahaja. 

Kak Ros ni nampak bersopan bila keluar dari rumah dan tak nampak langsung ciri-ciri seorang yang gatal atau miang walaupun dia dah lama menjanda. Kak Ros selalunya berbaju kurung dan bertudung bila keluar bekerja dan masih tetap bertudung pada waktu-waktu biasa. Orangnya kurus dan tinggi, sama separas telinga aku. Kulitnya putih, halus dan gebu sekali. Teteknya sederhana besar namun sentiasa kelihatan menonjol kerana cara jalan Kak Ros yang sedikit mendada. 

Pinggang Kak Ros ramping dan punggungnya bulat montok dan sedikit tonggek. Wajahnya cantik tanpa ada sebintik jerawat pun, ada mirip-mirip aktress idaman aku iaitu Rosnah Johari, itu yang buat aku syok sangat dapat berkenalan dengan Kak Ros ni. Kalau sesiapa yang tak mengenali Kak Ros pasti akan mengatakan yang Kak Ros ni berusia dalam lingkungan 20-an. Pandai sungguh Kak Ros ni menjaga kecantikan tubuh badannya dan itulah yang buat aku cukup-cukup stim setiap kali berjumpa dengan Kak Ros. 

Kak Ros sudah bercerai lebih kurang 3 tahun sewaktu aku baru mula mengenalinya. Kedua-dua anaknya tinggal di kampung, dijaga oleh kedua orang tua Kak Ros. Kak Ros bekerja di sebuah bank di kawasan Subang Jaya. Dia tinggal pun di sebuah apartment yang dimilikinya sendiri di kawasan yang sama. Kebetulan pula aku juga tinggal menyewa sebuah bilik utama di sebuah rumah teres di kawasan Subang Jaya. Jadi, senang la aku bertemu dengan Kak Ros selalu. 

Selama perkenalan kami berdua, Kak Ros cukup sporting dan mesra dengan aku. Pergaulan kami berdua kadangkala aku rasakan bagai sepasang kekasih, cuma kami tak pernah mengucapkan kata-kata cinta sahaja. Usik-mengusik, cubit-mencubit sudah jadi perkara biasa bagi kami berdua, cuma usikan-usikan dan perbualan kami masih tetap terbatas lagi waktu itu. Aku pun sebenarnya takut-takut juga nak bergurau lebih-lebih, takut apa yang aku idam dan hajatkan daripada Kak Ros nanti tidak kesampaian. 

Kalau kami berdua menaiki motosikal aku, Kak Ros pastinya akan memeluk aku ketika membonceng. Itulah yang buat aku seronok sangat bila dapat memboncengkan Kak Ros di atas motosikal aku. Apatah lagi dengan keadaan yang seperti itu pastinya tetek Kak Ros yang selama itu menjadi kegeraman aku pasti akan melekap kuat dan mesra di belakang badan aku. Itu yang buat 'batang nikmat' aku sentiasa menegang keras dan terseksa hebat di dalam seluar aku. Kadangkala tu rasanya macam tak nak turun dari motor je. 

Kak Ros seperti tidak kisah langsung dengan perbuatannya dan itu yang buat aku bertambah seronok dengan Kak Ros. Samada Kak Ros jenis yang memang tak rasa apa apabila berkeadaan seperti itu dengan seorang yang berpangkat adik kepadanya ataupun sememangnya dia sendiri menikmati keadaan yang seperti itu, aku sendiri tak berapa pasti. Yang aku pasti memang aku cukup suka dengan keadaan itu. 

Selepas lebih kurang dua bulan hubungan kami terjalin, maka terjadilah satu peristiwa yang selama ini amat-amat aku hajatkan daripada Kak Ros. Pada suatu pagi hari Sabtu iaitu hari cuti aku, lebih kurang pada pukul 7 pagi, aku mendapat panggilan telefon dari Kak Ros. Oleh kerana pada telefon bimbit aku terpapar nama Kak Ros, maka aku dengan senang hati menjawab panggilan tersebut walaupun sebenarnya aku masih lagi sedap diselimuti mimpi. Kalau orang lain yang telefon aku, jangan harap la aku akan menjawabnya. 

Melalui telefon, Kak Ros memohon maaf kerana mengganggu aku pagi-pagi hari. Dia katakan kepada aku yang dia tengah bosan dan mahu mengajak aku keluar bersarapan pagi serta meminta aku mengambilnya dengan motosikal aku. Aku pun bersetuju dan meminta masa sedikit untuk mandi terlebih dahulu. Siap mandi, aku terus keluar menuju ke apartment Kak Ros untuk mengambilnya. 

Seperti biasa, Kak Ros sudah sedia menunggu aku di luar pagar kawasan apartmentnya. Pagi itu Kak Ros bertudung putih, memakai kemeja putih dan seluar yang berkain lembut. Dengan wangian yang menaikkan nafsu syahwat aku, Kak Ros begitu mempesonakan aku. Tanpa banyak bicara, Kak Ros terus membonceng motosikal aku dan kami terus ke sebuah gerai mamak untuk menikmati sarapan pagi. 

Selesai sarapan Kak Ros bertanya kepada aku, "Hari ni Razlan ada planning nak keluar kemana-mana ke?" 
"Tak ada, rasa-rasanya nak lepak kat bilik je, Kak Ros ada nak ke mana-mana ke?" Soal aku semula kepada Kak Ros. 
"Tak ada juga, tak taulah apa yang Kak Ros nak buat hari ni." Kak Ros seolah merungut. 
"Kalau macam tu, lepak kat bilik sewa Razlan je la." Aku beranikan diri mempelawa Kak Ros. 
"Kalau tak jadi masaalah pada Razlan, boleh juga rasanya. Balik rumah Kak Ros pun tak ada apa yang nak dibuat."  

Walaupun sedikit terperanjat dengan ajak-ajak ayam aku, namun jawapan Kak Ros benar-benar menggembirakan aku zahir dan batin. 

Selesai membayar harga sarapan, kami pun terus menuju ke bilik sewa aku. Waktu ketika itu lebih kurang pukul 10 pagi dan cuaca masih lagi sejuk sebab malam tadi hujan sangat lebat. Sampai ke rumah, aku terus mengajak Kak Ros ke bilik sewa aku kerana sememangnya ruang tamu rumah tersebut kosong dan tiada tempat untuk tetamu duduk-duduk. Ketika itu penghuni bilik-bilik lain masih lagi tidur. Kak Ros seperti biasa saja aku lihat, tak ada rasa takut untuk mengikut seorang lelaki hingga ke bilik sewanya. Aku pulak dari tadi tak senang duduk rasanya sebab batang nikmat aku menanduk-nanduk keras ke arah seluar aku menandakan bahawa dia tengah terdesak untuk mencari sarungnya. 

"Pandai Razlan kemas bilik, macam bilik orang kahwin." Komen Kak Ros setelah melihat bilik tidur aku tersusun kemas dengan set bilik tidur murah yang aku beli setahun yang lepas. Segala peralatan audio, TV dan peti ais aku letakkan dalam bilik sebab bilik sewa aku besar dan selesa. Disebabkan bilik aku adalah bilik tidur utama, maka bilik air juga ada terdapat di dalam bilik aku. 

Kak Ros duduk di tepi katil aku dan aku terus memasang siaran TV. Aku memohon kepada Kak Ros untuk ke tandas sebentar bagi melepaskan hajat aku. Kak Ros hanya tersenyum seraya mengangguk. Aku tanggalkan seluar aku dan mengenakan tuala mandi ke badan aku. Semasa itu aku merasakan Kak Ros ada menjeling-jeling ke arah aku semasa aku menanggalkan seluar. 

Dalam bilik air, aku duduk di atas mangkuk jamban dalam keadaan berbogel. Aku benar-benar tak tahan dengan gelora nafsu aku terhadap Kak Ros. Masih lagi terasa-rasa akan tetek Kak Ros yang melekap mesra di bahagian belakang badan aku dan juga bau aroma yang harum semerbak yang dipakai oleh Kak Ros pagi ini. Ditambah pula kehadiran Kak Ros ke dalam bilik sewa aku, menambahkan lagi nafsu syahwat dan fikiran-fikiran jahat aku terhadap Kak Ros. 

Perlahan-lahan tangan kiri aku menggoncangkan 'batang nikmat' aku sementara tangan kanan aku memegang sebatang rokok yang telah aku nyalakan tadi. Sambil memejamkan mata, aku berangan-angan mengadakan hubungan seks dengan Kak Ros di dalam bilik tidur aku ini. Tangan kiri aku masih lagi menggenggam sambil menghayun perlahan-lahan dengan irama yang sama kepada batang nikmat aku. Beberapa minit kemudian batang nikmat aku memuntahkan air nikmatnya. Aku puas, berehat seketika dan terus membasuh batang nikmat aku. 

Oleh kerana aku merasakan bahawa peluang untuk aku menikmati tubuh Kak Ros yang menjadi idaman aku selama ini adalah 75 peratus, maka aku menggosok gigi terlebih dahulu sebab tak mahu mulut aku berbau busuk akibat merokok ketika melakukan ciuman mulut dan usapan-usapan lidah dengan Kak Ros nanti. 

Keluar dari bilik air, aku lihat Kak Ros sedang duduk bersimpuh di atas katil aku sambil membaca surat khabar yang aku beli tadi dengan kini kain tudungnya telah dibuka. Aku terpesona dengan kejelitaan Kak Ros yang tanpa tudung itu di depan mata aku. Inilah pertama kali aku lihat Kak Ros tanpa tudungnya dan aku lihat Kak Ros mempunyai rambut yang sangat cantik, lebat, hitam dan lurus serta panjangnya hanya separas bahu sahaja. 

Dengan keadaan sedang bersimpuh itu, aku melihat sebuah pemandangan indah daripada kecantikan dan keghairahan rupa tubuh badan yang dipamerkan oleh Kak Ros. Indah.. Memang indah, Kak Ros memang indah pada pagi itu. Aku terpaku seketika menatapi keindahan tersebut, Kak Ros terlalu mempersonakan mata aku. 

"Kenapa Razlan pandang Kak Ros macam tu, ada apa yang tak kena ke?" Soal Kak Ros tersenyum sambil menyelak sedikit rambutnya. Aku merasakan bahawa Kak Ros seperti cuba menggoda aku, mungkin. 
"Tak ada apa yang tak kena. Cuma Kak Ros nampak mengancam dan menggoda sangat pagi ni."  

Kak Ros tertawa kecil mendengarkan jawapan aku. Aku mengambil seluar pendek aku yang tergantung di dinding pintu. Aku menyarungkan seluar pendek sahaja kerana aku rasa Kak Ros seperti mahu berada lama di dalam bilik sewa aku ini. 

Kak Ros tersenyum kepada aku. Manis sungguh senyuman Kak Ros aku rasakan. Senyuman yang aku bayangkan seolah-olah mengharapkan sesuatu daripada aku. Kemudian, aku memberanikan diri untuk duduk bersebelahan Kak Ros di atas katil. Di atas katil, aku bersila sambil dengan agak sengaja aku menggeselkan peha aku sedikit ke tepi pehanya. Kak Ros hanya menjeling tersenyum kepada aku dan tiada sebarang bantahan daripada Kak Ros atas perbuatan aku itu. 

Kini dengan kedudukan aku yang betul-betul rapat dengan Kak Ros membolehkan aku mencium bau aroma tubuh badannya yang begitu harum dan benar-benar menggoda nafsu jantan aku. Rasa-rasanya seperti mahu saja aku menerkam dan menggomol tubuh Kak Ros ketika itu juga. Tetapi aku ni bukan jenis lelaki gopoh dan gelojoh. Aku lebih suka menikmati seks secara perlahan-lahan sebab aku mahu pasangan aku turut sama menikmati permainan seks kami, namun teknik dan gaya aku suka yang berbagai-bagai. Aku tak suka yang ganas-ganas sangat sebab aku rasa tak puas seperti itu dan lagipun kalau aku buat cara itu, cepat sangat air nikmat aku terpancut. Jadi, biar lambat asal nikmat. 

Kini, kecantikan, kehalusan dan keghairahan tubuh serta wajah Kak Ros sudah betul-betul berada dekat di depan mata aku. Secara otomatiknya, batang nikmat aku yang baru sebentar tadi menghamburkan air nikmatnya, kini memacak tegak kembali. Kak Ros berhenti membaca akhbar dan dilipat serta diletakkan di atas meja kecil yang terletak bersebelahan katil aku. 

Kak Ros tetap tersenyum kepada aku seraya bersuara manja, "Kita lepak kat sini lama sikit ye Razlan, hilangkan rasa bosan Kak Ros, borak-borak dengan Kak Ros." 

Aku tersenyum menerima ajakan Kak Ros yang kini semakin menggoda dan sememangnya inilah yang aku hajatkan dari Kak Ros selama ini. 

Kami berbual seketika tentang hal-hal lain sambil kini aku dan Kak Ros saling berhadapan antara satu sama lain. Sambil berbual mata aku tak henti-henti menjeling ke bahagian teteknya kerana aku lihat butang kemejanya yang di atas terbuka. Sebahagian dadanya yang terdedah itu mempamerkan kelembutan dan kehalusan kulit Kak Ros yang benar-benar membuatkan aku resah gelisah menahan gelora nafsu aku. Tambahan pula kemeja putih yang dipakainya agak nipis dan jarang sedikit. Jadinya, aku dapat melihat akan corak-corak bra yang dipakainya di atas kain kemejanya. Aku rasa Kak Ros sedar akan perbuatan aku itu dan aku lihat dia seperti sengaja membiarkan aku terus menikmati keindahan itu. 

Beberapa lama kemudian Kak Ros mengeliatkan sedikit badannya kerana mungkin kelenguhan. 

"Letih la rasanya Razlan, lenguh-lenguh je rasa badan ni." Kak Ros mengomel sedikit. 
"Kak Ros nak Razlan picit badan Kak Ros ke? Boleh kurangkan sikit lenguh-lenguh tu." Tawar aku kepada Kak Ros yang sedikit berani membuat perancangan. 
"Boleh juga kalau Razlan pandai memicit. Tapi hati-hati ye, jangan silap picit." Kak Ros menerima tawaran aku sambil jeling menggoda kepada aku. 
"Ala.. Kalau silap sikit-sikit tu apa salahnya. Bukannya sakit, sedap." Sambung aku yang semakin berani menggunakan ayat nakal. 

Kak Ros tertawa kecil sambil mencubit peha aku. Sedap sungguh cubitan Kak Ros. Aku meminta Kak Ros supaya memusingkan badannya supaya mudah untuk aku memicit badannya. Kak Ros mengikut arahan aku sambil aku mengangkangkan kaki aku supaya Kak Ros akan duduk di celah kelengkangan aku. Kak Ros seperti faham dengan kedudukan aku lalu dia terus sahaja duduk membelakangi betul-betul rapat dengan aku dan kini batang nikmat aku yang tak turun-turun dari tadi berada betul-betul tepat dengan alur punggungnya dan juga sudah mula bersentuhan. 

Aku rasakan bahawa Kak Ros dapat merasakan batang nikmat aku sedang betul-betul tegang, tetapi aku lihat Kak Ros langsung tidak mengelak untuk menjauhkan sedikit kedudukannya daripada aku. 

"Ini sudah baik." Bisik hati kecil aku. 

Kemudian aku mula memicit-micit lembut bahu Kak Ros. Dalam keadaan yang seperti itu aku dapat melihat dengan jelas akan tengkuk Kak Ros yang putih bersih dan gebu itu. Rambutnya yang tersisir rapi dan ditambah pula kewangian semerbak rambut dan tubuhnya benar-benar membuatkan aku khayal. 

Dari tepi aku lihat Kak Ros sedang memejamkan matanya kerana menikmati akan picitan jari-jari kasar aku. Kak Ros benar-benar cantik dalam keadaan itu. Dari belakang, aku cuba menjengok ke bahagian dadanya dan aku dapat melihat lebih sedikit daripada yang aku lihat sebentar tadi. Kini, lurah tetek dan sebahagian branya yang berwarna putih itu terlihat dengan jelas oleh aku. Aku semakin tidak keruan jadinya. 

"Aik, tengok apa tu?" Soal Kak Ros tersenyum manja yang sedar dengan apa yang aku buat.  

Aku terkejut sedikit sambil cuma tersenyum sahaja. Namun Kak Ros terus membiarkan sahaja keadaan itu tanpa membetulkan bajunya sambil matanya terus terpejam menikmati picitan-picitan aku. Tiada kata-kata yang terkeluar dari mulut kami berdua selama aku memicit-micit bahu dan perlahan-lahan terus ke bahagian pinggangnya, hanya kedengaran hembusan-hembusan nafas yang seragam dari Kak Ros. 

Beberapa minit kemudian aku berkata kepada Kak Ros, "OK ke Kak Ros, dah cukup ke belum?"  
"OK la Razlan, sedap juga picitan Razlan ye. Khayal jadinya Kak Ros. Kak Ros rasa nak berehat sekejap macam ni boleh ke Razlan?" Jawab Kak Ros sambil terus menyandarkan badannya ke arah aku tanpa menunggu jawapan seterusnya daripada aku. 

Aku yang sedikit terperanjat dengan tindakan Kak Ros tapi sudah cukup bersedia untuk menerima dan mencipta segala kemungkinan, membiarkan sahaja keadaan itu berlaku. Kelembutan dan kegebuan tubuh badan Kak Ros benar-benar aku nikmati walaupun hanya dari luaran sahaja. Kini kepala aku sudah berada betul-betul bersebelahan kepalanya. Aku gerakkan sedikit kepala aku sehingga pipi kami berdua sudah sedikit bertemu dan dagu aku sudah mula mencecah bahunya. 

Tiada sebarang tindakbalas daripada Kak Ros yang aku lihat terus memejamkan matanya dan kini aku rasa Kak Ros juga sudah mula menikmati keadaan ini yang mungkin secara sengaja dia juga mencarinya. Namun aku tetap bersabar, tidak mahu tergopoh-gopoh menggunakan peluang yang ada ini.. Masa masih panjang lagi. Aku beranikan diri untuk mengelus-ngelus kedua-dua lengan Kak Ros yang putih gebu itu dan seterusnya turun hingga ke jari-jemarinya. 

Aku terus memberanikan diri dengan menggenggam jari-jemari Kak Ros dan tiada sebarang bantahan darinya. Aku lepaskan tangan kiri aku dari menggenggam jari-jemari Kak Ros sambil terus memeluk tubuh Kak Ros mesra. Kak Ros tetap membiarkan perlakuan aku berterusan. Aku semakin berani dan hati aku menyatakan bahawa kini Kak Ros sudah berada di dalam genggaman aku sepenuhnya. 

Pelukan dan genggaman aku semakin erat serta kini bibir aku mula memberikan ciuman pertama kepada pipi Kak Ros yang gebu itu dalam keadaan Kak Ros masih lagi membelakangi aku seperti mula tadi. Aku lihat Kak Ros tetap terus memejamkan matanya sambil sedikit mendesah kenikmatan dan genggaman tangan aku tadi mula mendapat tindak balas dari Kak Ros. Aku memberikan lagi ciuman kepada pipi Kak Ros. Desahan Kak Ros kuat sedikit daripada tadi sambil diiringi rengekan manjanya. Aku rasa Kak Ros sudah mula menikmati permainan ini. 

"Auw.." Kak Ros menjerit kecil akibat genggaman geram jari tangan aku yang sedikit kuat menggenggam jari-jemari halus dan runcingnya. 
"Jangan kuat sangat.. Sakit. Perlahan-lahan sikit ye sayang, banyak lagi masa."  

Kak Ros merayu dalam rengekannya yang semakin manja. Batang nikmat aku sudah semakin menggila ditambah pula dengan panggilan pertama sayang Kak Ros kepada aku. 

"Maaf Kak Ros, geram sangat.. Tak tahan." Jawab aku perlahan sambil disambut dengan senyuman manis Kak Ros.  

Dari gaya dan katanya tadi menandakan bahawa Kak Ros kini sudah mula memberikan respon di atas perlakuan aku dan aku sudah mendapat kelulusan daripadanya untuk meneruskan adegan-adegan yang seterusnya. 

Aku mencium lembut tengkuk Kak Ros sambil melepaskan genggaman jari jemari kami berdua dan seterusnya tangan kanan aku mula mendaki sedikit ke atas. Ciuman ke tengkuk Kak Ros aku teruskan perlahan-lahan dan sesekali aku selangi dengan jilatan lidah aku. 

"Umphh.. Arghh.." Desahan dan erangan manja Kak Ros semakin ketara dan turun naik nafasnya sudah tidak berapa teratur lagi. 

Tangan kanan aku mula merayap ke bahagian tetek kanan Kak Ros. Aku hanya mengusap-ngusap lembut tetek tersebut dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Beberapa lama usapan itu aku lakukan, aku mula meramas mesra kedua-dua tetek dari luar bajunya sambil tangan kiri aku masih lagi merangkul mantap tubuh Kak Ros. Tengkuk dan leher di bahagian kanan Kak Ros sudah habis dibasahi dengan air liur aku ketika itu. 

Ternyata tetek Kak Ros yang selama ini amat-amat aku idamkan masih tetap segar, tetap mengkal, tetap kenyal seperti mana yang aku bayangkan selama ini. Tidak keterlaluan aku katakan bahawa kedua-dua tetek Kak Ros lebih istimewa daripada yang dimiliki oleh bekas makwe aku sebelum ini. Batang nikmat aku masih lagi menegang seperti tadi sambil menyucuk-nyucuk ke arah alur punggung Kak Ros. 

Tangan kiri aku melepaskan rangkulan aku ke arah tubuh Kak Ros sambil mencari-cari butang baju Kak Ros. Aku mengalihkan kepala aku ke bahagian kiri kepala Kak Ros pula untuk bermain-main di tengkuk dan leher Kak Ros di bahagian itu pula. Kak Ros menyelak rambutnya yang menutupi sebahagian kiri wajahnya dan sekaligus memberi petanda kepada aku bahawa Kak Ros sudah merelakan 80 peratus untuk tubuhnya aku nikmati. Desahan dan erangan manja Kak Ros tiada putusnya lagi. Kak Ros kini sudah berada separuh daripada alam kenikmatan seks. 

Sambil menjilat diselangi menciumi leher, tengkuk dan pipinya, tangan kiri aku sudah aktif membuka satu persatu butang baju Kak Ros sehingga kini bahagian depan Kak Ros sudah habis terdedah. Cuma yang masih menutup tubuhnya ialah branya yang secara tak langsung menambahkan lagi keghairahan nafsu syahwatku. Kedua-dua tangan aku menyeluk dari bahagian bawah bra Kak Ros untuk aku merasai kehangatan teteknya tanpa sebarang lapisan. 

Erangan dan desahan Kak Ros kini semakin kuat apabila kulit tangan aku sudah bersentuhan dengan kulit teteknya. Kekenyalan dan kemengkalan teteknya membuatkan aku tidak jemu-jemu meramas-ramas akannya. Kedua-dua tangan Kak Ros sudah mengejang kuat dengan jari-jemarinya meramas-ramas peha aku. Dalam meramas-ramas itu aku gunakan ibu jari dan jari tengah kedua-dua tangan aku untuk menggentel-gentel kedua-dua puting teteknya perlahan-lahan. Sesekali Kak Ros mengelinjangkan badannya diiringi dengan erangannya yang sedikit kuat. 

Kak Ros menggerakkan sedikit badannya ke hadapan sambil tangannya terus membuka baju kemejanya yang mana butangnya sudah sedia aku tanggalkan tadi. Kak Ros memimpin kedua tanganku ke bahagian belakang badannya dan dituju terus ke kancing branya. Rupa-rupanya Kak Ros mahu aku membukakan kancing branya. Erotik sungguh keadaan kami berdua ketika itu. 

Aku lurutkan tali bra yang tersangkut di bahunya perlahan-lahan dan seterusnya aku tarik terus bra Kak Ros dari menutupi teteknya. Aku campakkan bra dan baju Kak Ros ke meja kecil di tepi katil sambil aku sendiri menanggalkan baju aku. 

Kini tubuh kami berdua sudah tidak ditutupi apa-apa lagi bermula dari bahagian pinggang ke atas. Tangan aku mengelus perlahan-lahan bahagian belakang tubuh Kak Ros yang putih bersih serta halus kulitnya itu. Kemudian Kak Ros menyandarkan kembali tubuhnya ke arah badan aku. Kak Ros memalingkan sedikit kepalanya kepada aku sambil tersenyum manis. 

Kak Ros berbisik kepada aku, "Sayang.. Dah lama sangat Ros idamkan saat-saat seperti ini dengan Razlan. Teruskan dengan perlahan-lahan ye Sayang. Ros relakan segalanya untuk Razlan. Sedap sayang." 

Kak Ros sudah tidak membahasakan dirinya sebagai Kak Ros lagi dan mula memanggil aku dengan gelaran sayang pula. Waduh.. Nikmatnya suasana ketika itu! Rupa-rupanya Kak Ros sendiri pun mempunyai hajat dan niat yang sama seperti aku selama ini. Bertuah betul aku rasa kerana kini aku tahu bahawa aku tidak lagi bertepuk sebelah tangan saja. 


Bersambung


"Razlan pun macam Ros juga, dah lama sangat menunggu peluang semacam ni Ros, cuma takut-takut je nak mintak." Bisik balas aku kepada Kak Ros untuk membangkitkan lagi kehangatan suasana. 
"Kalau macam itu, sekarang kita berdua dah dapat satu sama lain, jangan sia-siakan peluang yang ada ni sayang. Ros dah tak sabar lagi sayang." 

Balas semula Kak Ros sambil tangannya mengangkat kedua tanganku dan diletakkan dibahagian teteknya semula. Kak Ros mahu teteknya diramas-ramas oleh aku seperti mana yang aku lakukan tadi. Desahan dan erangan Kak Ros kembali menguasai gegendang telinga aku kini. 

Aku membetulkan kedudukanku sambil merebahkan Kak Ros di atas katil. Aku duduk di sebelah kanan Kak Ros yang matanya masih terpejam khayal. Aku tatap sepuas-puasnya tetek Kak Ros yang sederhana besar itu dan yang selama ini terlalu aku idamkan. Kedua-dua tetek Kak Ros masih lagi segar mekar tergantung megah di dadanya. Masih indah seperti anak dara rupanya. 

Sambil itu kedua-dua tanganku masih terus merayap dan meramas-ramas lembut teteknya. Sesekali rayapan dan ramasan aku diselangi dengan gentelan ke arah puting teteknya yang merah kehitaman itu. Kak Ros terus mendesah sambil sesekali melentingkan badannya menahan kenikmatan permainan tangan dan jari aku. 

Setelah beberapa minit berkeadaan begitu, tangan kanan aku perlahan-lahan turun ke lembah nikmatnya. Tangan kiri aku masih meneruskan aksi-aksi di bahagian teteknya sementara tangan sebelah lagi membelai dan menggosok-gosok mesra daerah lembah nikmat Kak Ros. Kak Ros masih seperti tadi lagi, terpejam matanya sambil mengerang dan mendesah dengan penuh nikmat. Tiada sebarang halangan untuk aku meneruskan aksi-aksi yang seterusnya. 

Aku menanggalkan butang dan zip seluar Kak Ros dan seterusnya menanggalkan terus seluar itu perlahan-lahan. Kini tubuh Kak Ros hanya ditutupi dengan seluar dalamnya yang nipis sahaja. Aku dapati seluar dalam Kak Ros kini telah habis basah dengan air mazinya. Aku terus mengusap-usap dan membelai-belai mesra bahagian yang basah itu. 

Kak Ros terus mengerang manja dengan tangan kanannya kini sudah mula merayap-rayap di bahagian luar batang nikmat aku sambil tangan kirinya meremas-remas kain cadar tilam. Dengan lentingan dan erangan-erangan yang benar-benar mengasyikkan aku, Kak Ros kini berada dalam keadaan yang amat menggiurkan sekali. Kini aku menanggalkan pula seluar dalam Kak Ros. 

Maka, dengan cahaya kesiangan yang hanya dilindungi langsir bilik aku, aku dapat melihat dengan sejelas-jelasnya tubuh bogel Kak Ros. Tubuh yang selama ini hanya menjadi objek dan bayangan masturbasi aku kini sudah berada betul-betul di hadapan mataku tanpa seurat benang pun dan dengan penuh kerelaannya, sedia untuk diterokai dan dijelajahi sebebasnya oleh aku. 

Tubuhnya yang berkulit putih, bersih dan gebu itu membuatkan aku terlalu asyik menatapnya dan merayapkan kedua-dua tanganku ke setiap inci tubuhnya itu. Walaupun hakikatnya Kak Ros adalah seorang janda yang beranak dua, namun aku rasakan Kak Ros bagaikan seorang anak dara yang masih suci tanpa belum pernah disentuhi lagi. Malah terus terang aku katakan bahawa bekas makwe aku yang lebih muda dari aku dulu pun tak sehebat Kak Ros. 

Sambil membelai-belai mesra tubuh Kak Ros, aku masih lagi asyik menatap tubuh bogel yang mempunyai wajah yang cantik, berkulit putih lagi halus, tetek dengan putingnya yang masih lagi segar mekar, peha yang putih melepak serta gebu, perut yang masih belum timbul lagi tanda-tanda buncit, pinggangnya yang masih ramping dan lembah nikmatnya yang diselaputi bulu-bulu halus yang mana lurahnya masih lagi kemerah-merahan. 

"Sayang, bukakan la seluar tu. Malu la Ros, bogel sorang-sorang je. Ros pun nak tengok dan pegang sayang punya." Kak Ros merengek-rengek meminta sambil tersenyum menggoda. Aku pun dengan tanpa rasa segan silu terus membukakan seluar aku sehingga kini kami berdua sudah bertelanjang bulat. Tiada seurat benang pun lagi yang membataskan penglihatan dan pergerakan kami berdua. 

Aku duduk kembali ke posisi tadi. Kak Ros tersenyum ke arah aku sambil tangan kanannya terus menyambut sambil terus mengusap-usap mesra batang nikmat aku yang sedari tadi sudah terpacak tegak. Kini batang nikmat aku yang sedari tadi kelemasan di dalam seluar pendek aku sudah terlepas bebas sambil menanti masa untuk menemui sarungnya sebentar lagi. Batang nikmat aku benar-benar seronok kerana ia kini sedang dibelai dan diusap mesra oleh tangan-tangan halus yang selama ini hanya menjadi bayangan untuk dia memuntahkan air nikmatnya. 

"Sayang.. Dasyatnya sayang punya pedang ni. Dah la panjang, besar dan keras pulak tu." Bisik Kak Ros tersenyum bahagia sambil tangannya menggenggam kuat batang nikmat aku. 
Aku membalas senyuman Kak Ros sambil berkata, "Rasa-rasanya Ros boleh terima ke saiz Razlan punya ni. Agak-agak macamana? Sedap ke tak sedap saiz macam ni?" 
"Selama ni yang Ros rasa kecil dari ni pun sedap.. Inikan pulak kalau saiz macam sayang punya ni, mesti la lagi sedap kan. Kalau nak sedap lagi kena buat lama-lama ye sayang?" Kata-kata Kak Ros seolah membandingkan saiz batang nikmat aku dengan bekas suaminya dulu. 

Kak Ros kini menaruh harapan yang besar kepada aku dan aku berjanji untuk tidak mensia-siakan harapan Kak Ros yang tinggi menggunung itu. Perlahan-lahan aku menindih tubuh Kak Ros. Tangan kanan aku dan Kak Ros mula merangkul tengkuk pasangan masing-masing. Tangan kiri Kak Ros pula memeluk pinggang aku. Kini tetek Kak Ros melekap mesra di bahagian dada aku pula. Dada Kak Ros yang berombak kuat itu membuatkan teteknya menolak-nolak dada aku. 

Muka kami saling bertemu kini sambil mata kami merenung lembut antara satu sama lain. Kak Ros tersenyum manja. Dia menutupkan matanya sambil mulutnya dibiarkan sedikit ternganga. Aku merapatkan bibir aku ke bibir Kak Ros yang masih bergincu merah menggoda. Perlahan-lahan aku menghulurkan lidah aku ke dalam mulut Kak Ros. Kak Ros menyambut huluran lidahku dengan penuh rela sambil terus mengulum-ngulum lidah aku. 

Beberapa ketika kemudian mungkin kerana keletihan, Kak Ros berhenti mengulum lidah aku sementara aku belum menarik lagi lidahku keluar dari mulutnya. Aku terus memainkan lidahku bebas di dalam mulut Kak Ros sehingga dapat aku mencapai lelangitnya. Kak Ros lemas dalam kenikmatan sambil tangan kanannya masih kuat merangkul tengkuk aku. Lama kami dalam keadaan begitu dan sesekali Kak Ros pula menghulurkan lidahnya ke dalam mulut aku. 

Kemudian aku melepaskan mulut aku dari mulut Kak Ros. 

"Ouhh.." Kak Ros melepaskan keluhan nikmatnya.  

Kini aku arahkan pula lidah dan mulut aku ke bahagian leher dan telinga Kak Ros. Ciuman, jilatan dan hisapan silih berganti aku lakukan di bahagian tersebut dengan penuh romantik. Kak Ros terus memejamkan matanya sambil tidak putus-putus mengerang, merengek dan mendesah penuh ghairah. Turun naik nafas Kak Ros kini sudah tidak teratur lagi. 

Puas di daerah itu, aku turunkan badan aku perlahan-lahan dalam keadaan mulut aku masih terus melekap kuat ke bahagian-bahagian tubuh badan Kak Ros. Aku berhenti bila sampai di bahagian teteknya. Perlahan-lahan aku meramas-ramas kedua-dua belah tetek Kak Ros sambil aku merenung wajah Kak Ros. Kak Ros hanya tersenyum memandang aku sambil memejamkan semula matanya. Tangan Kak Ros membelai-belai mesra rambut aku. 

Aku mula mencium tetek Kak Ros perlahan-lahan bermula dari bahagian pangkal hingga ke puncak yang mana terletak sebuah busut kecil yang bakal aku nyonyot dan aku gigit-gigit sebentar saja lagi. Ciuman aku teruskan keseluruh bahagian teteknya kiri dan kanan. Selesai mencium aku mula menyedut sambil menggigit-gigit perlahan pula kedua-dua belah tetek Kak Ros yang benar-benar membahagiakan aku pagi itu. 

Kedua-dua tangan Kak Ros meremas kuat kepala dan rambut aku sambil badannya terangkat-angkat mengelinjang. 

"Arghh.. Umphh.. Sayang.." Begitulah bunyi erangan dan rengekan manja Kak Ros yang tiada berpenghujung. Sampai sahaja mulutku di puting tetek Kak Ros, aku terus mencium-cium, mengulum-ngulum, menyedut-nyedut dan sesekali menggigit-gigit putingnya itu silih berganti, kiri dan kanan. Aku lakukan aksi-aksi itu di bahagian tetek Kak Ros dalam jangka masa yang lama sebab dah terlalu lama aku benar-benar geramkan bahagian itu. Kak Ros terus membiarkan perbuatan aku itu kerana mungkin dia juga benar-benar menikmatinya. 

Setelah terlalu lama aku mengerjakan tetek Kak Ros dan setelah terlalu banyak bekas-bekas gigitan asmara yang aku tinggalkan di situ, aku turunkan lagi badan aku dalam keadaan merangkak sambil ciuman tetap aku teruskan di bahagian perut, pinggang dan pangkal pehanya. 

"Urghh.. Arghh.. Sedapp.." Kak Ros meneruskan lagi rengekan-rengekannya yang benar-benar menggoda diselangi dengan kegelinjangan tubuh badannya. 

Sampai di bahagian lembah nikmatnya, aku terhenti seketika. Aku angkatkan sedikit kedua-dua belah peha Kak Ros dan kini Kak Ros sudah mengangkangi aku. Aku melihat ke arah wajah Kak Ros dalam keadaan aku yang begitu. Tetek Kak Ros yang masih lagi terpacak tegak di dadanya sama seperti tadi, membuat wajah Kak Ros sedikit terlindung. Namun aku dapat melihat turun naik dada Kak Ros menandakan dia masih lagi khayal di alam kenikmatan sambil matanya masih lagi terpejam. 

Kak Ros mengangkangkan kakinya dengan keadaan kedua-dua pehanya diangkat sedikit tanda memberikan keizinan kepada aku untuk melakukan apa sahaja yang mahu aku lakukan. Perlahan-lahan jari-jari tangan kiri aku membelai mesra lurah nikmat Kak Ros sambil tangan kananku dirayapkan ke bahagian tetek Kak Ros. Tangan kanan aku meramas-ramas tetek dan menggentel-gentel puting tetek Kak Ros berselang seli. Aku mencium mesra lurah nikmatnya berkali-kali. Kemudian aku menjilat pula ke seluruh daerah nikmat tersebut dengan lahap dan aku mula menikmati lelehan air mazi Kak Ros. Jilatan dan ciuman aku terus bertalu-talu aku tujukan ke daerah itu. 

"Arghh.. Urghh.. Sayang.." Erangan Kak Ros tidak keruan diiringi dengan lentingan-lentingan badannya. Tangan kanannya semakin kuat meremas-remas rambut dan kepala aku sambil sambil tangan kirinya meremas dan menepuk-nepuk bantal. 

Aku semakin seronok melakukan adegan tersebut kerana terasa semakin ghairah dengan tindak balas Kak Ros. Penerokaan dan penjelajahan mulut serta lidahku benar-benar menggembirakan aku. Kini aku mencari-cari pula biji kelentit Kak Ros dengan lidahku juga. Sampai tempat yang dituju, aku mula melakukan perkara yang sama seperti yang aku lakukan di lurah nikmatnya sebentar tadi. Sambil itu aku gunakan jari tengah tangan kiri aku untuk menyucuk lubang nikmat Kak Ros. 

Kak Ros tidak menghalang jariku untuk menyucuk ke dalam lubang nikmatnya. Sambil jari tengahku itu menyucuk masuk ke dalam lubang nikmat Kak Ros, lidahku masih terus menjilat-jilat biji kelentitnya. Perlahan-lahan aku memainkan jariku itu di dalam lubang tersebut. Aku keluar masukkan jariku itu. 

Beberapa minit kemudian Kak Ros mengelinjang lebih tinggi lagi, kedua-dua pehanya yang terangkat tadi mengepit kuat kepala aku sementara punggungnya juga turut terangkat tinggi. Aku masih lagi meneruskan perbuatan aku tadi dengan penuh minat. Tangan Kak Ros dilepaskan dari kepala aku dan kedua-dua tangannya merentap-rentap kuat kain cadar. 

"Arghh.. Sayangg.." Kak Ros menjerit kuat dan jari tangan aku yang berada di dalam lubang nikmatnya mula merasakan kebasahan yang banyak dan hangat. Tahulah aku bahawa Kak Ros kini sudah klimaks. 

Aku tetap terus menjilat dan jariku aku benamkan di dalam lubang nikmatnya. Kak Ros masih mengelinjang seperti tadi tetapi kini tiada lagi jeritan, cuma yang kedengaran hanyalah nafasnya yang sedikit kemengahan. Perlahan-lahan Kak Ros menurunkan badannya semula dan melepaskan kepitan pehanya ke kepalaku. 

Aku berhenti menjilat, Kak Ros mengangkat sedikit kepalanya dan memandang sayu kepadaku sambil bersuara manja, "Sayang.. Sedap sayang." Aku yang sedang bersemangat ketika itu mengangkat sedikit badan aku dan jari tengahku sudah ditarik keluar dari lubang nikmat Kak Ros. Aku mengambil seluar dalam Kak Ros yang aku tanggalkan sebentar tadi dan perlahan-lahan mengelap lembah nikmatnya yang dibasahi dengan air nikmat yang dipancutkannya sebentar tadi. 

Kemudian aku mengangkat semula kaki Kak Ros dan aku lipatkannya ke arah dadanya. Kakinya aku kangkangkan sedikit. Dalam keadaan melutut, aku membongkokkan sedikit badanku sementara kedua tangan aku menahan pangkal peha Kak Ros. Dalam keadaan Kak Ros yang seperti itu, aku dapat melihat dengan jelas akan alur dan lubang punggung Kak Ros yang terkemut-kemut. 

Aku mula melakukan semula ciuman dan jilatan sepertimana yang aku lakukan tadi ke daerah yang sama. Kali ini aksi itu aku lakukan bermula dari lubang punggung hingga ke biji kelentitnya. Lidahku berulang kali melalui laluan tersebut tanpa sebarang jemu. Lama aku lakukan seperti itu. 

Kali ini Kak Ros yang sudah klimaks tadi kembali mendesah dan mengerang kenikmatan. Daerah kelazatan Kak Ros kini kembali basah dengan air liur jilatan aku. Beberapa minit kemudian aku memusingkan badan Kak Ros. Aku menatap tubuh bogel Kak Ros dari belakang sambil kedua-dua tanganku meramas-ramas punggungnya. Kak Ros menyembamkan mukanya ke bantal. Desahan dan erangan Kak Ros dalam tekupan bantal masih lagi dapat aku dengari.. Masih dalam alam khayalan kenikmatan. 

Kulitnya bermula dari hujung kaki hingga ke tengkuk Kak Ros benar-benar putih dan bersih. Punggungnya yang sememangnya sedikit tonggek benar-benar gebu. Aku memulakan semula kerja-kerja mencium, menjilat dan menggigit tubuh bogel Kak Ros yang sangat menggiurkan it dari bahagian tumit kaki kirinya. 

Perlahan-lahan aku naik ke bahagian punggung Kak Ros dan aku turun semula hingga ke tumit kaki kanannya. Sambil menjilat dan diselangi dengan gigitan asmara yang aku kenakan ke bahagian kaki Kak Ros, tangan aku juga turut sama merayap-rayap. Jilatanku naik semula ke bahagian punggung Kak Ros. 

Bergilir-gilir dari kiri ke kanan dan kanan ke kiri aku mengerjakan punggung tonggek Kak Ros. Kak Ros terus mengerang dalam tekupan bantal ke mukanya. Aku masih tetap terus meramas-ramas kedua-dua belah punggung Kak Ros sambil kini lidahku mula menjilat lahap ke alur punggungnya. 

Puas di situ, aku terus naik ke perlahan-lahan sambil terus menjilat ke seluruh bahagian belakang tubuh Kak Ros hingga ke tengkuknya. Aku terus melakukan aksi mencium, menjilat dan menyedut ke seluruh bahagian tengkuk Kak Ros sambil kedua-dua tanganku menjalar ke bahagian depan tubuhnya untuk aku bermain kembali dengan tetek Kak Ros. Kak Ros yang sudah terlalu sporting dengan aku mengangkat sedikit badannya bagi memudahkan aku bermain dengan teteknya. Batang nikmat aku digesel-geselkan ke bahagian alur punggung Kak Ros dan aku benar-benar merasakan nikmatnya. 

Aku rasa sudah terlalu lama aku melakukan adegan-adegan ringan dengan Kak Ros, namun aku masih belum merasa jemu melakukannya dan aku lihat Kak Ros juga seperti benar-benar rela serta seronok dengan permainan aku itu kerana dia juga boleh bertahan sebegitu lama untuk membiarkan tubuhnya dikerjakan oleh aku tanpa belum lagi meminta untuk melayarkan bahteranya. 

Kemudian aku memusingkan semula tubuh Kak Ros dan kini kami kembali berdepan dalam keadaan aku masih berada di atas tubuh Kak Ros. Kak Ros membukakan sedikit matanya dan terus tersenyum manja ke arah aku. Tanpa sebarang kata, kami mula berkucupan semula dan lidah kami berdua kembali bertarung antara satu sama lain. 

Pelukan kami bertambah kuat sambil aku selitkan batang nikmat aku di celah kedua peha dan alur lubang nikmat Kak Ros. Aku mengangkat turun punggung aku untuk membolehkan biji kelentit Kak Ros bergesel dengannya. Kak Ros terus mengerang dan mendesah dalam taupan mulut kami berdua. Aku merasakan angin dengusan, desahan dan erangan Kak Ros masuk kuat ke dalam mulut aku. 

Beberapa ketika dalam keadaan begitu, aku memusingkan posisi kami berdua untuk membolehkan Kak Ros berada di atas aku. Dalam pusingan itu, mulut kami masih bertaup rapat seolah-olah tiada seorang pun di antara kami berdua yang mahu melepaskannya. Kemudian, rangkulan tangan Kak Ros ke tengkuk aku dilepaskan. Kak Ros menarik semula lidah dan bibirnya dari mulut aku. Kak Ros menghadiahkan aku sekuntum senyuman yang benar-benar memberahikan aku. 

Kini aku lihat Kak Ros seperti bersedia untuk melakukan tugasannya pula. Perlahan-lahan Kak Ros menjilat-jilat leher aku sambil rambutnya yang wangi itu dibiarkan terurai bermain di muka aku. Perlahan-lahan juga Kak Ros turun dari leherku ke bahagian dadaku pula. Dalam pada pergerakan menurun Kak Ros itu, aku menikmati akan kehangatan tetek Kak Ros yang terus-terusan bergesel dengan badan aku. Kini seluruh dadaku dijilat-jilat dan dicium-cium dengan penuh bernafsu oleh Kak Ros sehingga habis dadaku basah dengan air liurnya. 

Beberapa minit kemudian, Kak Ros turun lagi sambil terus menjilat dan mencium ke seluruh badanku sehingga sampai ke daerah batang nikmatku. Kak Ros sempat memandang kepadaku sambil tersenyum manja. Kak Ros yang sedang berada dalam keadaan menonggeng kini sudah berada betul-betul di celah kelangkanganku dengan mukanya menghadap tepat ke batang nikmatku. 

Tangan kanan Kak Ros perlahan-lahan membelai dan mengelus-ngelus batang nikmatku sementara tangan kirinya pula membelai dan mengelus-ngelus dua biji telur nikmatku. Aku pula mula mengelus-ngelus kedua-dua lengan Kak Ros. Jari-jari halus dan lentik Kak Ros yang terus-terusan bermain di antara telur dan batang nikmatku itu benar-benar membuatkan aku kegelian dalam kesedapan. Sekali lagi Kak Ros sempat memandang kepadaku sambil tetap tersenyum. Aku tetap terus menatap tubuh Kak Ros yang masih menonggeng dengan keadaan punggungnya yang jelas terangkat. 

Perlahan-lahan tangan kanan Kak Ros menggenggam pangkal batang nikmatku sambil dia terus mengucup-ngucup kepala batang nikmatku dengan penuh manja. Kemudian dilepaskan genggaman tangan kanannya tadi sementara tangan kirinya masih terus bermain-main di bahagian telur nikmatku. Kak Ros terus mengucup-ngucup ke sekeliling batang nikmatku bermula dari hujung hingga ke pangkalnya berulang-ulang kali. 

Kemudian kucupan-kucupan itu Kak Ros teruskan di bahagian telur nikmatku pula. Aku mengelinjang-ngelinjang kenikmatan sambil tanganku membelai-belai mesra rambut Kak Ros. Kak Ros naik semula ke bahagian hujung batang nikmatku. Kini Kak Ros mengangakan sedikit mulutnya dan perlahan-lahan terus dimasukkan kepala batang nikmatku ke dalam mulutnya. Kak Ros biarkan kepala batang nikmatku itu terendam seketika di dalam mulutnya sambil lidahnya menjilat-jilat kepalaku itu diselang selikan dengan nyonyotan dan hisapan-hisapan yang sungguh menyedapkan aku. Hebat layanan Kak Ros, belum pernah lagi aku menikmati akan kehebatan layanan seorang perempuan Kak Ros ini. 

Setelah beberapa lama dalam keadaan begitu, Kak Ros mula menyorong tarik keseluruhan batang nikmatku ke dalam mulutnya. Sambil menyorong tarik itu Kak Ros masih menyelang-selikan dengan nyonyotan dan hisapan-hisapan yang penuh bernafsu sehinggakan kedua-dua belah pipi Kak Ros cengkung akibat dari perbuatannya itu. Yang lebih istimewanya, dalam pada adegan menyorong tarik itu berlaku, tangan kiri Kak Ros kembali bermain-main dengan telur nikmatku. Aku bertambah sedap menikmati layanan istimewa Kak Ros yang mula mempraktiskan semula segala pengalaman yang ada padanya. 

Lama sungguh Kak Ros mengulum akan batang nikmatku itu. Anehnya aku tiada merasa tanda-tanda hendak terpancut lagi walaupun batang nikmatku itu kini benar-beanr kegelian dan kesedapan.. Mungkin sebabnya aku baru saja melepaskan pusingan pertama tadi di alam bilik air agaknya. Kak Ros terus aktif dengan aksi-aksinya yang kini mula membawa kepada bahagian telur nikmatku pula. Aksi-aksi menyonyot terus berlaku di bahagian tersebut sambil tangan kanan Kak Ros pula kini bermain-main di bahagian batang nikmatku. 

Rambut Kak Ros yang terurai jatuh bermain-main di celah kelangkangku. Kesedapan dan kenikmatan yang aku alami ini terlalu hebat aku rasakan. Belum pernah lagi seumur hidup mendapat layanan yang sebegitu rupa dan lama sepertimana yang sedang berlaku ketika itu. Kak Ros kini menguasai gelanggang sambil aku cuma menahan kenikmatan yang dihadiahkan Kak Ros kepada aku. 

Setelah lama berkeadaan begitu, Kak Ros perlahan-lahan merangkak ke atas badanku sambil menggesel-geselkan teteknya di daerah batang dan telur nikmatku. Kak Ros terus menggesel sambil tersenyum kepadaku seraya bertanya manja dan menggoda, 

"Macamana Sayang, sedap?"  

Aku hanya membalas senyuman Kak Ros dan terus menegakkan badanku dan menarik Kak Ros supaya duduk mengangkangi di atas ribaanku. 

Kini kami berdua duduk menghadap antara satu sama lain semula. Punggung Kak Ros yang lembut gebu itu duduk berlapikkan peha aku dan kedua-dua kakinya melingkari di bahagian belakang badanku. Aku lihat wajah Kak Ros cukup ceria dengan penuh ghairah. Aku mengucup bibir Kak Ros dan kami beraksi dengan permainan lidah sekali lagi. Kemudian dalam keadaan yang sama sambil merangkul pinggang Kak Ros, aku kembali aktif semula menghisap, menyedut dan menyonyot-nyonyot kedua-dua tetek Kak Ros yang masih lagi kenyal dan mengkal seperti mula tadi. 

Sambil mulut aku aktif di bahagian tetek Kak Ros, tangan kanan aku kuat merangkul pinggang Kak Ros sementara jari-jari tangan kiri aku bermain-main di lurah punggungnya. Kak Ros yang melentingkan badannya ke belakang sambil kedua tangannya bertahan di kepala lututku, mengerang-ngerang keenakan. 

Setelah beberapa lama berkeadaan begitu, aku membaringkan Kak Ros semula di bahagian tepi katil. Aku bertanya kepada Kak Ros, "Ros.. Kita belayar sekarang ye." 

Kak Ros tersenyum seraya menganggukkan kepalanya tanda besetuju. Aku kangkangkan kedua kaki Kak Ros dengan aku menahan kedua-dua kakinya di bahagian pelipatnya. Kaki kananku aku turunkan ke lantai sementara kaki kiriku pula melutut di atas katil. 

Aku tidak terus memasukkan batang nikmatku ke dalam sarungnya yang sudah tersedia menerima tikaman aku. Aku hanya sekadar menggesel-geselkan kepala batang nikmatku ke lurah nikmat Kak Ros perlahan-lahan sambil mata aku terus merenung tubuh bogel Kak Ros yang selama ini telah terlalu lama aku bayang-bayangkan bermula dari hujung rambutnya hingga ke hujung kakinya. Kak Ros tersenyum membiarkan renunganku itu. 

Kemudian perlahan-lahan tangan kanan Kak Ros memegang dan mengurut-ngurut batang nikmatku. Tangan kirinya pula terus mengelus-ngelus telur nikmatku. 

"Sayang masukkan Sayang, Ros dah tak tahan sangat ni.." Rayu Kak Ros dalam rengekan manjanya. Sambil tangan kanannya membantu, aku menekan perlahan-lahan batang nikmatku menembusi lubang nikmat Kak Ros. 

Kak Ros memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka. 

"Erghh.. Perlahan sikit Sayang.. Sakit Sayang.." Rengek keenakan Kak Ros kedengaran perlahan menerima kehadiran batang nikmat yang sudah terlalu lama dirinduinya. 

Sedikit demi sedikit batang nikmatku tenggelam di dalam lubang nikmatnya. 

"Masukkan habis ye Sayang.." Kak Ros merayu manja lagi.  

Walaupun sakit menerima tikaman batang nikmatku itu, Kak Ros tetap mahu meneruskan kenikmatan yang sudah mula separuh dirasainya. 

Mungkin kerana sudah terlalu lama tidak melakukan hubungan seks dan kerana penjagaan rapi Kak Ros ke atas tubuh badannya, lubang nikmat Kak Ros masih terlalu sempit aku rasakan. Aku dapat merasakan kemutan-kemutan lubangnya itu yang sengaja Kak Ros lakukan sepanjang batang nikmatku itu meneroka ke dalam lubang nikmatnya. Beberapa ketika kemudian batang nikmatku sudah habis tenggelam. Mata Kak Ros tetap terpejam dan turun naik nafasnya kembali kencang. Aku masih lagi menahan kedua kaki Kak Ros di celah pelipatnya dan perlahan-lahan menyorong tarik batang nikmatku. 

Sorong tarik aku lakukan dengan perlahan-lahan pada mulanya. Cecair dan lendir yang sudah mula becak di daerah nikmat Kak Ros menghasilkan kegelian dan kelancaran kepada batang nikmatku. Aku melajukan sedikit henjutanku namun masih di tahap yang optimum. Aku sukakan gerak seperti ini dan aku lihat Kak Ros juga seperti seronok dengan kelajuan ini. 

Kak Ros masih seperti tadi mulutnya masih tidak henti-henti mengerang dan mendesah kenikmatan. Mata aku menatap kagum ke arah kedua-dua tetek Kak Ros yang kenyal itu berbuai-buai mesra dan bebas bersama dengan irama henjutan aku. Kedua tangan Kak Ros diangkat kejang ke atas kepalanya sambil meremas-remas bantal. 

Irama henjutan aku masih tetap sama seperti tadi. Aku berhenti menghenjut seketika untuk menolak sedikit kaki Kak Ros dan pelipat kakinya kini ditahan oleh pangkal lenganku. Dengan keadaan yang seperti itu, kedua tangan aku bebas untuk menggapai atau merayap di atas tubuh Kak Ros. 

Kak Ros memandang sayu ke arah aku ketika itu seraya berkata, "Mengapa berhenti Sayang??" Aku tersenyum memandang Kak Ros yang aku lihat alam kenikmatannya terganggu seketika. Aku kembali menghenjut dalam irama yang sama seperti tadi sambil kedua-dua tanganku yang bebas merayap tadi mula bermain-main dengan kedua-dua tetek Kak Ros yang berbuai mesra dan bebas itu. 

Kak Ros melenting-lentingkan badannya diselangi dengan erangan dan rengekan enaknya bilamana puting teteknya aku gentel sambil sorong tarik tetap aku teruskan. Dalam keadaan pelayaran seperti itu, aku rasa Kak Ros sudah dua kali mencapai klimaknya. Lama sungguh kami berdua berkeadaan begitu. Aku sendiri pun tak sangka aku boleh melakukan hubungan seks yang sebegitu lama, entah mengapa aku sendiri tidak tahu. 

Kemudian aku merendahkan sedikit badanku dan lenganku lepas daripada menahan kedua kaki Kak Ros. Kini kepalaku sudah berada betul-betul di hadapan tetek Kak Ros. Aku masih tetap terus menghenjut. Kak Ros tidak sedikitpun menegah segala apa yang aku lakukan. Mungkin Kak Ros kini benar-benar menikmati permainan ini sama juga seperti aku. Sambil menghenjut, mulut aku kembali aktif bermain-main dengan kedua-dua tetek Kak Ros bersilih ganti dan kedua tanganku pula aktif meramas-ramas teteknya. Kak Ros tetap terus mengerang nikmat sambil kedua tangannya memeluk erat kepalaku dan kedua kakinya pula menekan kuat ke arah punggung aku. 

Setelah beberapa lama belayar dan berdayung, aku mula keletihan dan terus merebahkan badanku ke atas tubuh Kak Ros. Kepalaku disembamkan ke bantal bersebelahan dengan kepala Kak Ros yang masih erat memeluk kepalaku. Tangan aku kini merangkul tubuh Kak Ros dan aksi sorong tarik terhenti seketika. Kami berdua kemengahan, namun pelayaran kami masih belum ke penghujungnya. 

Aku mengangkat kepalaku dan merenung jaug ke sudut mata Kak Ros yang turut sama merenung ke arahku. Kami berdua tersenyum kegembiraan sambil tangan Kak Ros membelai-belai rambutku. 

"Ros boleh bertahan lagi ke?" Soal aku kepada Kak Ros. 
"Mestilah boleh Sayang, selagi Sayang tak klimaks selagi tu la Ros akan bertahan. Sayang letih ke? Nak tukar giliran pulak ke?" Kak Ros menjawab sambil menyoalku balik. 

Aku hanya tersenyum sambil mengucup manja bibir Kak Ros. Dalam keadaan masih berpelukan dan batang nikmatku masih terbenam jauh ke dalam lubang nikmat Kak Ros, kami berdua berpusing mengubah posisi. Kini Kak Ros berada di atas aku pula. 

Kak Ros mengangkatkan sedikit badannya sambil kedua tangannya bertahan di tepi kepalaku. Kak Ros tersenyum manja kepadaku sambil dia mula melakukan aksi sorong tarik perlahan-lahan. Rambutnya yang terurai jatuh ditambah dengan kecantikan wajahnya, benar-benar menggoda nafsu syahwatku. Aku biarkan aksi-aksi ini dikuasai oleh Kak Ros sambil tanganku meramas-ramas kedua-dua punggung gebunya. 

Kak Ros memejamkan matanya tanda dia sedang menikmati akan kesedapan yang diciptanya sendiri. Aksi sorong tariknya semakin laju sedikit daripada tadi namun masih di tahap sama seperti yang aku lakukan tadi. Ternyata Kak Ros juga mempunyai minat yang sama seperti aku. Sekali sekala aku menepuk punggung Kak Ros. 

"Auww.." Kak Ros menjerit sedap sambil menghentak sedikit kuat ketika batang nikmatku tenggelam hingga ke pangkalnya. 


Bersambung . .. 


. .
Kisahku dengan Kak Ros Janda - 6

Pelayaran terus berlaku tanpa sebarang rintangan dan aku lihat Kak Ros benar-benar selesa dengan tugasnya yang diambil alih daripada aku tadi. Mata aku merenung tepat ke arah kedua tetek Kak Ros yang kini berbuai mesra dan bebas. Tidak seperti ketika Kak Ros berbaring tadi, kali ini aku lihat kedua-dua tetek Kak Ros lebih menarik dalam keadaan yang berbuai seperti itu. 

Dalam pada Kak Ros aktif menghenjut, aku alihkan tangan kananku daripada meramas punggungnya ke arah tetek kirinya untuk aku aktif meramas di situ pula. Tangan kiriku masih di bahgian punggung Kak Ros sambil jari-jariku itu aktif bermain-main di alur dan lubang punggungnya. Kak Ros mengeliat keenakan dengan keadaan seperti itu sambil aksi sorong tarik masih tidak dihentikannya. 

Sementara tangan kananku meramas dan menggentel puting tetek Kak Ros, aku mengangkatkan sedikit kepala untuk mulut mencapai pula tetek sebelah kiri Kak Ros pula. Wah.. Kini lubang nikmat, lubang punggung dan kedua-dua tetek Kak Ros sedang menerima hebat permainan mulut, jari dan batang nikmatku. Kak Ros benar-benar dalam keseronokan dan kenikmatan kerana aku dapat mendengar dengan jelas erangan, desahan, rengekan dan dengusan nafasnya semakin kuat sementara henjutannya juga dirasakan semakin laju. 

"Arghh.. Ergh.. Sayang.. Sedap.." Tiba-tiba Kak Ros menjerit kuat sambil hentakannya kuat ke pangkal batang nikmatku. Aku tidak mengendahkannya dan tetap terus aktif melakukan aksi-aksi tadi dan aksi sorong tarik Kak Ros kini terhenti seketika. Telur nikmatku basah kehangatan oleh air nikmat Kak Ros. Kak Ros kini sudah klimaks untuk entah yang ke berapa kali dan aku rasakan ini adalah klimaks yang paling hebat dirasakannya, sebab itulah dia menjerit kuat lebih daripada tadi. 

Kak Ros meremas-remas manja rambutku dengan tangan kanannya sambil dia terus mencium dahi dan ubunku. Aku dapat rasakan yang Kak Ros benar-benar puas dengan permainan aku ini. Aku rebahkan semula kepalaku dan aksi meramasku pun turut sama terhenti. Kak Ros masih bertahan dalam keadaan seperti tadi sambil matanya terus terpejam. Perlahan-lahan Kak Ros menggelek-gelekkan punggungnya dengan batang nikmatku masih terbenam di dalam lubang nikmatnya. 

Batang nikmatku yang masih belum memuntahkan air nikmatnya dan masih lagi keras seperti mula tadi terasa genting digelek dan dikemut oleh Kak Ros seperti itu. Kenikmatan dan kehebatan layanan seks seperti ini benar-benar istimewa bagi aku. Dalam keadaan masih menggelek dan mengemut, Kak Ros membuka sedikit matanya dan merenung ke arahku sambil tersenyum puas. 

Aku membiarkan Kak Ros meneruskan aksi itu kerana aku juga menikmati akan kenikmatannya. Seketika kemudian Kak Ros merebahkan badannya ke atas badanku sambil bersuara manja, "Sayang benar-benar hebat. Belum pernah lagi Ros rasa nikmat seperti ini Sayang. Mulai hari ini, Ros merela dan menyerahkan tubuh Ros untuk Sayang. Ros sayangkan Razlan." Janji Kak Ros sambil kami berdua berkucup mesra. 

"Razlan belum puas lagi kan?" Kak Ros bertanya kepadaku. 
"Ros dah letih sangat la Sayang, kita berehat dulu kejap, kemudian sambung semula atau Sayang nak Ros tolong keluarkan untuk Sayang." Kak Ros meneruskan pertanyaan setelah merasakan bahawa aku belum klimaks lagi. 
"Ros boleh tolong keluarkan ke." Soalku kepada Kak Ros. 
"Untuk Sayang mestilah boleh. Sayang nak Ros keluarkan dengan tangan atau dengan mulut?" Jawab Kak Ros sambil memberikan aku pilihan. 

"Mestilah keluarkan dengan mulut, kalau boleh pancut pun dalam mulut juga." Jawabku. Kak Ros tersenyum manja kepadaku sambil mencubit pipiku. 

"Nakal.." Katanya pendek sambil perlahan-lahan dia mengangkat badannya dan mengeluarkan batang nikmatku daripada lubang nikmatnya. 

Kak Ros bangun dan duduk dengan kakinya berlipat di sebelah aku sementara aku masih lagi berbaring. Perlahan-lahan Kak Ros menggunakan kedua-dua tangannya untuk bermain-main dan mengurut-ngurut batang dan telur nikmatku. Aku kegelian dalam kesedapan. Tangan kananku pula mengelus-ngelus manja peha Kak Ros. Kemudian, perlahan-lahan Kak Ros membongkokkan badannya dengan tangan kirinya bertahan di sebelah badan aku sementara jari-jemari tangan kirinya mengelus-ngelus telur nikmatku. 

Kak Ros mengucup-ngucup kepala batang nikmatku dengan mesra dan lembut. Kemudian dimasukkan kepala batang nikmatku itu ke dalam mulut lalu dikemam-kemamnya. Sambil itu kepala batang nikmatku yang tenggelam di dalam mulutnya itu dijilat-jilat olehnya. Aku bertambah geli dan sedap. Diselangi dengan nyonyotan yang bukan kepalang rasanya, Kak Ros teus mengelus-ngelus telur nikmatku. 

Tangan kananku pula kini asyik meramas-ramas punggung gebu Kak Ros yang duduk tertonggeng itu sementara tangan kiriku asyik membelai-belai rambut Kak Ros yang dibiarkan jatuh dan bermain-main di atas pangkal pehaku. 

Berdecup-decap bunyi nyonyotan Kak Ros yang masih belum menanggalkan lagi kepala batang nikmatku itu dari dalam mulutnya. Beberapa lama kemudian, Kak Ros memasukkan lagi batang nikmatku jauh ke dalam mulutnya. Disorong masukkan batang nikmatku ku itu di dalam mulutnya tanpa henti sementara tangan kirinya kini dialihkan ke pangkal batang nikmatku sambil dicekaknya pangkal batang nikmatku itu dengan dua jarinya sahaja. 

Aku semakin tidak keruan dan teramat asyik dengan aksi-aksi Kak Ros yang tak berhenti itu. Selang beberapa minit kemudian aku rasa tidak dapat bertahan lama lagi. Aku meremas-remas rambut Kak Ros sambil berkata perlahan, "Ros.. Razlan tak tahan lagi. Rasa nak keluar dah!!" 

Kak Ros berhenti mengulum batang nikmatku dan mengeluarkan batang nikmatku dari dalam mulutnya. Kemudian Kak Ros melancapkan batang nikmatku dengan tangan kirinya sementara jari-jemari tangan kanannya masih lagi bermain-main dengan telur nikmatku. Kak Ros menghadapkan mukaku di hujung kepala batang nikmatku sambil dia terus rancak melancapkan batang nikmatku. 

Beberapa lama kemudian air nikmatku yang sudah bersedia untuk keluar mula memancutkannya segumpal demi segumpal. Crutt.. Crutt, air nikmatku yang pekat putih itu berhambuaran di muka Kak Ros. Aku benar-benar menikmati kepuasan yang tidak terhingga itu bersama dengan wanita idamanku. Kak Ros yang sememamgnya sudah sedia menantikan hamburan air nikmatku itu menadah mukanya untuk dibasahi dengan air nikmatku. Kak Ros terus menggenggam batang nikmatku dan terus melancapkan batang nikmatku itu untuk mengeluarkan segala saki baki air nikmatku itu. 

Kemudian Kak Ros yang masih menghadapkan mukanya di hujung kepala batang nikmatku dan menggenggamnya dengan penuh kemanjaan, menyapukan kesemua air nikmatku yang berselerakan di wajahnya dengan kepala batang nikmatku. Kak Ros menyapu sehingga habis rata air nikmatku di seluruh wajahnya. Selesai itu, Kak Ros bangun seraya tersenyum kepuasan ke arahku. 

Kak Ros kelihatan tersangat letih dan lesu. Perlahan-lahan dia merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan kanannya terus mengelus-ngelus daerah nikmatku sementara aku pula terus membelai rambutnya. 

"Razlan, dah terlalu lama Ros tak buat hubungan seks. Tak sangka Razlan boleh layan Ros sesedap dan sehebat ini. Ros rasa beruntung sangat sebab dapat layanan seperti ini dari Razlan. Kalau boleh Ros nak terus buat hubungan seks dengan Razlan lagi selepas ini. Bolehkan Razlan?" Soal Kak Ros penuh pengharapan dalam kemanjaan. 

"Ros pun apa kurangnya. Razlan sendiri tak pernah merasa sesedap ini layanan daripada seorang perempuan. Untuk Ros, Razlan sentiasa bersedia untuk berkhidmat. Lagipun Razlan sendiri pun berhajat nak terus bersama dengan Ros bila-bila ada kesempatan." Balasku pula sambil mencium dahi Kak Ros. 

Sepertimana Kak Ros menikmati kepuasan dari permainan ini, begitu juga dengan aku. Kami berdua tertidur seketika dan bangun semula pada petang hari. Kemudian kami berdua mandi bersama sambil bertukar-tukar giliran menyabun pasangan masing-masing. Namun tiada perlakuan seks yang berlaku di antara kami berdua pada petang tersebut. 

Kami berdua keluar untuk makan malam dan seterusnya Kak Ros mengajak aku ke rumahnya. Pada malam itu Kak Ros mengajak aku untuk tidur bersamanya kerana keesokannya ialah hari minggu. Sekali lagi hubungan seks di antara kami berdua berlaku, tapi kini di dalam bilik tidur Kak Ros yang jauh lebih baik dari bilik sewa aku, siap ada air-cond lagi. 
Sejak itu, Kak Ros memberikan kunci pendua rumahnya kepada aku dan aku mula bebas untuk keluar masuk ke rumahnya dan aku juga bebas untuk mengadakan hubungan seks dengan Kak Ros. 

Hubungan kami berlangsung selama lebih kurang 2 tahun dan ianya terputus selepas Kak Ros mengambil keputusan untuk menerima semula kehadiran bekas suaminya demi anak-anaknya. Aku menerima keputusan Kak Ros dengan hati terbuka kerana mengenangkan yang kami berdua tak mungkin akan dapat bersatu sebagai pasangan suami isteri. 

Kini aku telah pun berkahwin. Namun begitu, sehingga hari ini aku masih lagi terkenangkan saat-saat kami berdua bersama dan aku masih lagi berminat untuk mengadakan hubungan seks dengan kategori wanita seperti Kak Ros atau juga yang sama seperti yang aku gambarkan di awal cerita aku ini. 

***** 

Jadi kepada sesiapa yang sama seperti yang aku gambarkan itu dan sudi untuk berhubung dengan aku, hantarkanlah mesej melalui e-mail aku dalam ruangan ini. 

Tamat
X